Penelitian ini membahas pengembangan lapangan panas bumi Ulumbu di Flores,
Indonesia, yang dikelola oleh PT PLN (Persero) sebagai sumber energi terbarukan.
Saat ini, lapangan tersebut sudah memiliki empat unit PLTP (Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi) dengan total kapasitas 10 MW yang memanfaatkan sumur uap
eksisting, ULB-2. Berdasarkan studi kelayakan, lapangan ini memiliki potensi daya
listrik hingga 78,1 MW, yang diakui dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik (RUPTL) Kementerian ESDM 2021–2030. Dalam RUPTL, terdapat
rencana pengembangan untuk membangun PLTP Unit 5 dan Unit 6 dengan
kapasitas masing-masing 20 MW, sehingga total daya dari lapangan ini mencapai
50 MW.
Penelitian ini memfokuskan pada tahap awal pengembangan PLTP Unit 5 (20
MW), yang mencakup kegiatan pengeboran sepuluh sumur, terdiri dari lima sumur
produksi, dua sumur kontingensi, dan tiga sumur reinjeksi. Proyek ini menghadapi
dua opsi lokasi pengeboran: (1) wilayah Lungar, yang diduga memiliki potensi
panas bumi lebih besar namun belum terbukti secara pengeboran, atau (2) wilayah
Wewo, yang sudah memiliki sumur produktif. Dalam memilih lokasi terbaik,
penelitian ini menerapkan analisis Expected Monetary Value (EMV) pada dua
alternatif decision tree pengeboran. Analisis ini mempertimbangkan probabilitas
keberhasilan (Probability of Success atau POS) dan dampak finansial yang diukur
melalui Net Present Value (NPV).
Hasil perhitungan awal oleh konsultan menunjukkan nilai EMV negatif untuk
kedua alternatif, yaitu -6,618 juta USD di Wewo dan -8,852 juta USD di Lungar.
Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hasil negatif ini meliputi rendahnya
harga jual listrik, kapasitas sumur yang rendah, dan tingginya biaya investasi.
Analisis ulang yang mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, menunjukkan nilai
EMV positif untuk kedua opsi: EMV-1 sebesar 23,34 hingga 28,00 juta USD untuk
opsi pengeboran di Lungar terlebih dahulu dan EMV-2 sebesar 29,97 hingga 31,96
juta USD untuk pengeboran di Wewo terlebih dahulu. Berdasarkan hasil ini,
alternatif pengeboran di Wewo direkomendasikan karena memiliki nilai EMV yang
lebih tinggi serta risiko lebih rendah terkait dengan ketidakpastian sumber daya
panas bumi. Penelitian ini juga mengidentifikasi beberapa tantangan dan risiko proyek, terutama
terkait keberlanjutan reservoir di Wewo. Data tekanan kepala sumur dan laju aliran
dari sumur eksisting ULB-2 menunjukkan potensi penurunan kapasitas daya jangka
panjang. Untuk menghindari overestimasi potensi daya sumur, kapasitas produksi
diestimasi konservatif pada 5 MW per sumur. Dengan asumsi tingkat keberhasilan
pengeboran sebesar 70%, dibutuhkan minimal lima sumur produktif dengan dua
sumur cadangan untuk mencapai target kapasitas 20 MW. Selain itu, harga listrik
yang digunakan untuk perhitungan NPV dan analisis keekonomian proyek diduga
menjadi salah satu penyebab utama perhitungan EMV negatif awal. Dengan asumsi
harga listrik yang lebih tinggi, nilai keekonomian proyek dapat meningkat secara
signifikan.
Pada akhirnya, penelitian ini menyimpulkan bahwa proyek pengembangan PLTP
Ulumbu Unit 5 secara umum layak untuk dilaksanakan dengan mengutamakan opsi
pengeboran di Wewo terlebih dahulu. Opsi ini memberikan nilai EMV tertinggi dan
memiliki risiko lebih terkendali. Selain itu, mempertimbangkan kemungkinan
didapatkan kapasitas sumur yang lebih besar, misalnya 8 MW/sumur, dihasilkan
nilai EMV-2 yang lebih tinggi yaitu pada rentang 39,94 hingga 44,08 juta USD
untuk pengembangan Unit 5 (20 MW) dimana menunjukkan bahwa terdapat
kemungkinan dihasilkan kelayakan proyek yang lebih menguntungkan. Penelitian
ini merekomendasikan studi lebih lanjut terkait POS pengeboran sumur
berdasarkan analisis risiko geologi, termasuk perubahan skenario detail dari
decision tree, melakukan optimasi Capital Expenditure dengan teknologi yang
lebih optimum, serta melakukan perhitungan EMV lebih lanjut menggunakan
metode probabilistik Monte Carlo. Analisis EMV dan penentuan decision tree yang
optimal diharapkan menjadi dasar pengambilan keputusan yang lebih baik dalam
pengembangan lapangan panas bumi Ulumbu dan proyek panas bumi lainnya.