digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penelitian ini membahas pengembangan lapangan panas bumi Ulumbu di Flores, Indonesia, yang dikelola oleh PT PLN (Persero) sebagai sumber energi terbarukan. Saat ini, lapangan tersebut sudah memiliki empat unit PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) dengan total kapasitas 10 MW yang memanfaatkan sumur uap eksisting, ULB-2. Berdasarkan studi kelayakan, lapangan ini memiliki potensi daya listrik hingga 78,1 MW, yang diakui dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Kementerian ESDM 2021–2030. Dalam RUPTL, terdapat rencana pengembangan untuk membangun PLTP Unit 5 dan Unit 6 dengan kapasitas masing-masing 20 MW, sehingga total daya dari lapangan ini mencapai 50 MW. Penelitian ini memfokuskan pada tahap awal pengembangan PLTP Unit 5 (20 MW), yang mencakup kegiatan pengeboran sepuluh sumur, terdiri dari lima sumur produksi, dua sumur kontingensi, dan tiga sumur reinjeksi. Proyek ini menghadapi dua opsi lokasi pengeboran: (1) wilayah Lungar, yang diduga memiliki potensi panas bumi lebih besar namun belum terbukti secara pengeboran, atau (2) wilayah Wewo, yang sudah memiliki sumur produktif. Dalam memilih lokasi terbaik, penelitian ini menerapkan analisis Expected Monetary Value (EMV) pada dua alternatif decision tree pengeboran. Analisis ini mempertimbangkan probabilitas keberhasilan (Probability of Success atau POS) dan dampak finansial yang diukur melalui Net Present Value (NPV). Hasil perhitungan awal oleh konsultan menunjukkan nilai EMV negatif untuk kedua alternatif, yaitu -6,618 juta USD di Wewo dan -8,852 juta USD di Lungar. Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hasil negatif ini meliputi rendahnya harga jual listrik, kapasitas sumur yang rendah, dan tingginya biaya investasi. Analisis ulang yang mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, menunjukkan nilai EMV positif untuk kedua opsi: EMV-1 sebesar 23,34 hingga 28,00 juta USD untuk opsi pengeboran di Lungar terlebih dahulu dan EMV-2 sebesar 29,97 hingga 31,96 juta USD untuk pengeboran di Wewo terlebih dahulu. Berdasarkan hasil ini, alternatif pengeboran di Wewo direkomendasikan karena memiliki nilai EMV yang lebih tinggi serta risiko lebih rendah terkait dengan ketidakpastian sumber daya panas bumi. Penelitian ini juga mengidentifikasi beberapa tantangan dan risiko proyek, terutama terkait keberlanjutan reservoir di Wewo. Data tekanan kepala sumur dan laju aliran dari sumur eksisting ULB-2 menunjukkan potensi penurunan kapasitas daya jangka panjang. Untuk menghindari overestimasi potensi daya sumur, kapasitas produksi diestimasi konservatif pada 5 MW per sumur. Dengan asumsi tingkat keberhasilan pengeboran sebesar 70%, dibutuhkan minimal lima sumur produktif dengan dua sumur cadangan untuk mencapai target kapasitas 20 MW. Selain itu, harga listrik yang digunakan untuk perhitungan NPV dan analisis keekonomian proyek diduga menjadi salah satu penyebab utama perhitungan EMV negatif awal. Dengan asumsi harga listrik yang lebih tinggi, nilai keekonomian proyek dapat meningkat secara signifikan. Pada akhirnya, penelitian ini menyimpulkan bahwa proyek pengembangan PLTP Ulumbu Unit 5 secara umum layak untuk dilaksanakan dengan mengutamakan opsi pengeboran di Wewo terlebih dahulu. Opsi ini memberikan nilai EMV tertinggi dan memiliki risiko lebih terkendali. Selain itu, mempertimbangkan kemungkinan didapatkan kapasitas sumur yang lebih besar, misalnya 8 MW/sumur, dihasilkan nilai EMV-2 yang lebih tinggi yaitu pada rentang 39,94 hingga 44,08 juta USD untuk pengembangan Unit 5 (20 MW) dimana menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan dihasilkan kelayakan proyek yang lebih menguntungkan. Penelitian ini merekomendasikan studi lebih lanjut terkait POS pengeboran sumur berdasarkan analisis risiko geologi, termasuk perubahan skenario detail dari decision tree, melakukan optimasi Capital Expenditure dengan teknologi yang lebih optimum, serta melakukan perhitungan EMV lebih lanjut menggunakan metode probabilistik Monte Carlo. Analisis EMV dan penentuan decision tree yang optimal diharapkan menjadi dasar pengambilan keputusan yang lebih baik dalam pengembangan lapangan panas bumi Ulumbu dan proyek panas bumi lainnya.