digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pada tahun 2004, telah dilakukan pemboran sumur eksplorasi AT-1 dan AT-2 didalam kaldera Watuwawer namun tidak ditemukan air maupun uap. Berdasarkan hasil pemboran sumur AT-1 dan AT-2 pada interval kedalaman 737 – 776 m dan 677 – 750 m ditemukan mineral pyrophyllite dan dickite yang berasosiasi dengan mineral pirit dan kuarsa sekunder sehingga fluida hidrotermal diduga bertipe klorida sulfat dengan pH cenderung asam. Pada tahun 2021, dilakukan PTS logging untuk menganalisis temperatur, tekanan dan aliran sumur untuk keperluan karakterisasi reservoir sumur AT-1 dan AT-2. Dari spinner log sumur AT-1 dan AT-2, terdapat pergerakan fluida yang ditunjukkan dari perubahan fasa gas ke kondisi saturasi. Namun, dari pengambilan sampel air kondensasi pada kepala sumur AT-1 dan AT-2, kepala sumur tidak bisa menghasilkan air yang terkondensasi. Dikarenakan sampel kondensat yang berada pada sumur tidak dapat mengalir ke permukaan, maka pendugaan karakteristik fluida zona kondensasi dilakukan melalui pemodelan geokimia dengan metode yang dilakukan oleh R Karolyt? (2017). Dari MAP WWU, WTU dan WKR, diketahui bahwa mata air panas pada sistem Watuwawer memiliki temperatur < 40°C, bertipe bikarbonat termasuk dalam immature water sehingga tidak mencirikan fluida dari reservoir dalam dan tidak representatif untuk dilakukan pemodelan. Saturasi mineral pada manifestasi (SI >0) dalam kondisi ekulibrium menuju jenuh oleh kuarsa dan kalsit sedangkan mineral anhidrit dalam kondisi tidak jenuh dengan larutan. Untuk rekonstruksi dan pendugaan karakteristik zona kondensasi dangkal, dilakukan pemodelan geokimia dengan software PHREEQC menggunakan database PHREEQC.dat. Pada R Karolyt? (2017), pemodelan dilakukan dengan mereaksikan fluida – batuan dan gas – gas terlarut pada temperatur kedalaman dangkal. Dari hasil pemodelan geokimia, pada zona kondensasi kedalaman 320 – 340 m, temperatur 129 – 145 °C diketahui bahwa karakteristik fluida cenderung asam dengan pH rentang pH 4,8 – 4,9. pH asam ini diduga akibat adanya gas – gas terlarut yang bereaksi pada zona kondensasi yaitu gas CO2 dan H2S. Dari hasil pemodelan geokimia dan komparasi komposit log, diketahui mineral – mineral dengan nilai SI > 0 diantaranya monmorilonit ((Na,Ca)0.33(Al,Mg)2Si4O10(OH)2.nH2O), kaolinit (Al2Si2O5(OH)4), kuarsa sekunder (SiO2) dan pirit (FeS2).