Pada tahun 2004, telah dilakukan pemboran sumur eksplorasi AT-1 dan AT-2
didalam kaldera Watuwawer namun tidak ditemukan air maupun uap. Berdasarkan
hasil pemboran sumur AT-1 dan AT-2 pada interval kedalaman 737 – 776 m dan
677 – 750 m ditemukan mineral pyrophyllite dan dickite yang berasosiasi dengan
mineral pirit dan kuarsa sekunder sehingga fluida hidrotermal diduga bertipe
klorida sulfat dengan pH cenderung asam. Pada tahun 2021, dilakukan PTS logging
untuk menganalisis temperatur, tekanan dan aliran sumur untuk keperluan
karakterisasi reservoir sumur AT-1 dan AT-2. Dari spinner log sumur AT-1 dan
AT-2, terdapat pergerakan fluida yang ditunjukkan dari perubahan fasa gas ke
kondisi saturasi. Namun, dari pengambilan sampel air kondensasi pada kepala
sumur AT-1 dan AT-2, kepala sumur tidak bisa menghasilkan air yang
terkondensasi. Dikarenakan sampel kondensat yang berada pada sumur tidak dapat
mengalir ke permukaan, maka pendugaan karakteristik fluida zona kondensasi
dilakukan melalui pemodelan geokimia dengan metode yang dilakukan oleh R
Karolyt? (2017). Dari MAP WWU, WTU dan WKR, diketahui bahwa mata air
panas pada sistem Watuwawer memiliki temperatur < 40°C, bertipe bikarbonat
termasuk dalam immature water sehingga tidak mencirikan fluida dari reservoir
dalam dan tidak representatif untuk dilakukan pemodelan. Saturasi mineral pada
manifestasi (SI >0) dalam kondisi ekulibrium menuju jenuh oleh kuarsa dan kalsit
sedangkan mineral anhidrit dalam kondisi tidak jenuh dengan larutan. Untuk
rekonstruksi dan pendugaan karakteristik zona kondensasi dangkal, dilakukan
pemodelan geokimia dengan software PHREEQC menggunakan database
PHREEQC.dat. Pada R Karolyt? (2017), pemodelan dilakukan dengan
mereaksikan fluida – batuan dan gas – gas terlarut pada temperatur kedalaman
dangkal. Dari hasil pemodelan geokimia, pada zona kondensasi kedalaman 320 –
340 m, temperatur 129 – 145 °C diketahui bahwa karakteristik fluida cenderung
asam dengan pH rentang pH 4,8 – 4,9. pH asam ini diduga akibat adanya gas – gas
terlarut yang bereaksi pada zona kondensasi yaitu gas CO2 dan H2S. Dari hasil
pemodelan geokimia dan komparasi komposit log, diketahui mineral – mineral
dengan nilai SI > 0 diantaranya monmorilonit
((Na,Ca)0.33(Al,Mg)2Si4O10(OH)2.nH2O), kaolinit (Al2Si2O5(OH)4), kuarsa
sekunder (SiO2) dan pirit (FeS2).