








Peningkatan kebutuhan energi listrik dan isu pemanasan global mendorong
pemanfaatan energi terbarukan sebagai solusi berkelanjutan. Salah satu perhatian
utama adalah dampak lingkungan akibat peningkatan emisi polusi udara yang
berkontribusi terhadap perubahan iklim. Energi surya merupakan sumber energi
terbarukan yang ramah lingkungan dan tidak memerlukan biaya bahan bakar.
Namun integrasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya ke dalam sistem kelistrikan
menghadapi tantangan akibat sifatnya yang intermittent serta ketergantungannya
pada sumber energi utama yang tidak dapat dikendalikan. Hal ini dapat
memengaruhi stabilitas sistem kelistrikan terutama kestabilan frekuensi. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan teknologi penyimpanan energi dan
sistem kendali yang mampu menjaga kestabilan frekuensi pada jaringan listrik di
Ibu Kota Nusantara (IKN). Stabilitas frekuensi merupakan aspek krusial dalam
sistem tenaga listrik yang dapat dijaga melalui pola operasi load sharing yang
adaptif serta pemanfaatan sistem hibrida untuk penyimpanan energi. Pada sistem
kelistrikan IKN, PLTS dengan kapasitas operasi 10 MW dikoneksikan secara ongrid
dan tersinkronisasi dengan Sistem Mahakam melalui jaringan 20 kV. Kinerja
PLTS sangat dipengaruhi oleh iradiasi matahari dan kondisi cuaca, menyebabkan
daya keluarannya bersifat fluktuatif. Fluktuasi ini dapat diredam menggunakan
baterai agar tidak berdampak signifikan terhadap kinerja pembangkit lainnya.
Dalam penelitian ini, dilakukan simulasi menggunakan perangkat lunak
DigSILENT 15.1 dengan beberapa studi kasus, meliputi pelepasan beban 100%
yang memengaruhi frekuensi sistem dengan respon ada tidaknya free governor,
serta implementasi sistem hibrida dengan baterai untuk meningkatkan kestabilan
sistem. Hasil simulasi ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai batas
kestabilan sistem ketika PLTS IKN beroperasi hingga kapasitas 50 MW, sehingga
integrasinya tidak mengganggu kestabilan frekuensi jaringan listrik di IKN.