Sebagai bentuk penjabaran dari SDGs 4 terkait pendidikan bermutu, studi ini mengkaji tentang fungsi pendidikan untuk meningkatkan perkembangan siswa secara holistik yang meliputi aspek kognitif, afektif, sosial, dan fisik, sehingga dapat meningkatkan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual anak-anak sekolah. Beberapa ahli menyatakan bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting bahkan melebihi kecerdasan intelektual. Kecerdasan emosional adalah hal-hal yang berhubungan dengan regulasi emosi, kesadaran emosi sehingga memiliki peran sebagai pondasi kehidupan. Di sisi lain, pemerintah Indonesia mengadakan kebijakan dalam bentuk program wajib belajar selama 12 tahun yang terdiri dari 6 tahun sekolah dasar, 3 tahun sekolah menengah pertama dan 3 tahun sekolah menengah atas. Hal ini, menunjukkan bahwa sekolah dasar juga memiliki posisi sama pentingnya dengan kecerdasan emosional sebagai pondasi kehidupan, serta sebanyak 24,62% penduduk Indonesia berpendidikan terakhir di sekolah dasar. Dalam meningkatkan kecerdasan emosional, terdapat dukungan dari berbagai aspek. Salah satunya adalah stimulasi sensori yang optimal dapat membantu meningkatkan kecerdasan emosional. Sebagaimana pentingnya stimulasi sensori untuk kecerdasan emosional, ternyata stimulasi sensori juga berperan penting kesehatan mental karena dari berbagai gangguan-gangguan manusia seperti gangguan perkembangan, autisme, atau gangguan pemrosesan sensori dipengaruhi dari stimulasi sensori yang tidak optimal. Penelitian sebelumnya mencatat bahwa anak dengan gangguan pemrosesan sensorik (Sensory Processing Disorder, SPD) sering menghadapi tantangan signifikan dalam regulasi diri dan adaptasi sosial, dengan prevalensi gangguan ini mencapai 5–13% pada anak usia dini. Maka dari itu, peran pendidikan yang berkualitas sangat diharapkan berada di sekolah-sekolah. Hal ini juga didukung dari Konvensi Hak Anak PBB yang menekankan bahwa pendidikan perlu menjadi bagian untuk mengembangkan potensi-potensi anak, membentuk pola pikir, beropini, interaksi sosial yang baik sehingga anak memiliki karakter. Maka dari itu, tujuan penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah mengenai bagaimana sekolah terkhusus bagian halaman sekolah dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai media pelatihan sensori integrasi dan aktivitas berbasis sensori yang efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Penelitian ini didasarkan pada studi literatur yang menunjukkan pentingnya integrasi sensori dalam mendukung regulasi emosi, perkembangan motorik, dan kemampuan sosial anak. Halaman sekolah disoroti karena terjadinya aktivitas non akademisi lebih sering dibandingkan di ruang kelas, sehingga halaman sekolah berpotensi besar untuk mendukung pendekatan kecerdasan emosional dengan keterkaitan berbagai elemen lanskap. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan User Centered Mapping yang menjadikan suatu objek sebagai pusat perhatian. Pendekatan ini sebuah teknik visual yang digunakan untuk memetakan dan memahami pengalaman pengguna (user experience) secara menyeluruh dalam penelitian ini terkait aktivitas, zona dan elemen yang berhubungan dengan pengguna di sekolah dasar pada waktu jam istirahat sehingga dapat melihat dari sudut pandang pengguna seperti bagaimana siswa beraktivitas dan berinteraksi dengan elemen lanskap. Metode data analisis menggunakan grounded theory karena memungkinkan untuk mengembangkan teori baru yang terkait dengan topik penelitian potensi halaman sekolah untuk meningkatkan pelatihan sensori anak. Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa aktivitas di halaman sekolah terjadi berupa aktivitas restoratif pasif dan restoratif aktif. Restoratif aktif berupa aktivitas fisik seperti berjalan, berlari dan melompat, sedangkan aktivitas restoratif pasif berupa duduk, bersantai, dan mengamati. Hal ini menjadi dasar keterhubungan dengan sensori dan lingkungan dari halaman sekolah yang signifikan. Aktivitas, sensori dan elemen lanskap yang terjadi menjadi dasar dari penelitian ini untuk melihat potensi dari elemen lanskap yang dapat diadakan dan dikembangkan untuk dioptimalkan sebagai media pelatihan sensori integrasi melalui desain elemen lanskap yang mendukung stimulasi visual, auditori, taktil, vestibular, dan proprioseptif. Berdasarkan dari berbagai sumber penelitian yang turut merencanakan stimulasi untuk anak-anak guna meningkatkan kecerdasan emosional, terbentuk berbagai kriteria desain untuk elemen lanskap yang dapat digunakan oleh siswa saat berada di luar ruangan. Peroptimalan elemen lanskap pada halaman sekolah dasar membentuk kriteria bagi sekolah dasar yaitu halaman luar kaya akan stimulasi sensori, dapat mendukung aktivitas restoratif, mendukung terjadinya interaksi sosial, dan menjadi ruang yang fleksibel dan multifungsi. Adanya kriteria halaman sekolah menjadikan siswa eksploratif terhadap elemen lanskap serta terbentuk program-program pendukung yang membantu untuk memenuhi kebutuhan stimulasi sensori anak seperti berkebun, bermain, dan eksplorasi tekstur tanah dan tanaman sehingga dapat meningkatkan regulasi emosi, kemampuan motorik halus dan kasar, serta mengurangi risiko gangguan perkembangan siswa. Selain kriteria, penelitian ini juga menghasilkan rekomendasi peluang penataan dan program pada halaman sekolah SDN Percobaan dan SDN 262 Panyileukan yang selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 4, dan Konvensi PBB tentang Hak Anak. Tentunya, penelitian ini tidak dapat berdiri sendiri, maka dari itu untuk mengoptimalkan stimulasi sensori dalam meningkatkan kecerdasan emosional diperlukan peran pendidik untuk mengarahkan cara kerja program aktivitas. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi dinas pendidikan, perancang lingkungan sekolah, dan orang tua dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan mendukung.