Kebermanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) tidak terbatas pada
produksi listrik, namun juga mencakup kogenerasi energi yang dapat dimanfaatkan
untuk berbagai kegiatan lainnya. Indonesia, sebagai negara berkembang dengan
konsumsi energi yang terus meningkat, menghadapi tantangan dalam mencari
solusi untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus berkembang. Penggunaan
energi nuklir sebagai bagian dari bauran energi nasional memerlukan kajian yang
mendalam terkait pemanfaatan kogenerasi PLTN. Salah satu bentuk kogenerasi
yang menarik adalah konsep district heating, yang memungkinkan pemanfaatan
energi panas untuk memenuhi kebutuhan energi termal di suatu wilayah, sekaligus
meningkatkan efisiensi penggunaan energi. Meskipun teknologi district heating
telah diterapkan di negara-negara dengan iklim dingin, penerapannya di Indonesia,
yang merupakan negara tropis, menghadapi tantangan yang berbeda. Penelitian ini
bertujuan untuk mengeksplorasi keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh dengan
penerapan district heating dan district cooling di Indonesia. Penelitian ini dilakukan
dengan menganalisis berbagai skenario, baik yang menggunakan grid listrik
maupun yang hanya bergantung pada sumber panas yang dihasilkan oleh PLTN.
Selain itu, penelitian ini juga membandingkan aplikasinya dalam konteks district
heating dan district cooling.
Simulasi dilakukan dengan perangkat lunak yang digunakan untuk merancang
sistem energi di suatu wilayah. Penyesuaian dilakukan agar simulasi dapat
mewakili pemanfaatan energi panas yang dihasilkan oleh PLTN. Pemilihan
komponen dalam sistem ini menjadi krusial, karena mempengaruhi energi yang
dibutuhkan agar komponen-komponen tersebut dapat beroperasi dengan efisien.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa jumlah jenis energi dengan permintaan lebih
besar akan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. Selain itu, nilai levelized
cost of heat (LCOH) lebih tinggi pada sistem yang menghubungkan district heating
dengan permintaan listrik, sementara nilai LCOH terendah diperoleh pada skenario
yang tidak melibatkan permintaan listrik. Pada sisi lain, nilai levelized cost of
energy (LCOEn) lebih rendah pada sistem yang mengintegrasikan district heating
dan district cooling dibandingkan dengan sistem yang hanya mengaplikasikan
district cooling. Skenario yang menggabungkan district heating dan district cooling
menghasilkan nilai LCOEn yang paling kecil, mencerminkan efisiensi yang lebih baik dalam penggunaan energi. Beberapa skenario yang diuji memberikan
gambaran umum tentang hubungan antara LCOH dan LCOEn, yang masingmasing menggambarkan keekonomian dari sistem energi yang dirancang. Proyeksi
pengoperasian selama 20 tahun menunjukkan bahwa skenario dengan nilai net
present value (NPV) terbesar adalah pada simulasi skenario 1, sementara skenario
10 menunjukkan nilai NPV terkecil. Nilai pendapatan untuk keduanya berbanding
lurus dengan nilai NPV, yang juga terkait dengan periode amortisasi sistem.
Penelitian ini memberikan gambaran tentang potensi ekonomi dan keberlanjutan
dari penerapan teknologi district heating dan district cooling berbasis PLTN di
Indonesia.