digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kebermanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) tidak terbatas pada produksi listrik, namun juga mencakup kogenerasi energi yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan lainnya. Indonesia, sebagai negara berkembang dengan konsumsi energi yang terus meningkat, menghadapi tantangan dalam mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus berkembang. Penggunaan energi nuklir sebagai bagian dari bauran energi nasional memerlukan kajian yang mendalam terkait pemanfaatan kogenerasi PLTN. Salah satu bentuk kogenerasi yang menarik adalah konsep district heating, yang memungkinkan pemanfaatan energi panas untuk memenuhi kebutuhan energi termal di suatu wilayah, sekaligus meningkatkan efisiensi penggunaan energi. Meskipun teknologi district heating telah diterapkan di negara-negara dengan iklim dingin, penerapannya di Indonesia, yang merupakan negara tropis, menghadapi tantangan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh dengan penerapan district heating dan district cooling di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis berbagai skenario, baik yang menggunakan grid listrik maupun yang hanya bergantung pada sumber panas yang dihasilkan oleh PLTN. Selain itu, penelitian ini juga membandingkan aplikasinya dalam konteks district heating dan district cooling. Simulasi dilakukan dengan perangkat lunak yang digunakan untuk merancang sistem energi di suatu wilayah. Penyesuaian dilakukan agar simulasi dapat mewakili pemanfaatan energi panas yang dihasilkan oleh PLTN. Pemilihan komponen dalam sistem ini menjadi krusial, karena mempengaruhi energi yang dibutuhkan agar komponen-komponen tersebut dapat beroperasi dengan efisien. Hasil simulasi menunjukkan bahwa jumlah jenis energi dengan permintaan lebih besar akan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. Selain itu, nilai levelized cost of heat (LCOH) lebih tinggi pada sistem yang menghubungkan district heating dengan permintaan listrik, sementara nilai LCOH terendah diperoleh pada skenario yang tidak melibatkan permintaan listrik. Pada sisi lain, nilai levelized cost of energy (LCOEn) lebih rendah pada sistem yang mengintegrasikan district heating dan district cooling dibandingkan dengan sistem yang hanya mengaplikasikan district cooling. Skenario yang menggabungkan district heating dan district cooling menghasilkan nilai LCOEn yang paling kecil, mencerminkan efisiensi yang lebih baik dalam penggunaan energi. Beberapa skenario yang diuji memberikan gambaran umum tentang hubungan antara LCOH dan LCOEn, yang masingmasing menggambarkan keekonomian dari sistem energi yang dirancang. Proyeksi pengoperasian selama 20 tahun menunjukkan bahwa skenario dengan nilai net present value (NPV) terbesar adalah pada simulasi skenario 1, sementara skenario 10 menunjukkan nilai NPV terkecil. Nilai pendapatan untuk keduanya berbanding lurus dengan nilai NPV, yang juga terkait dengan periode amortisasi sistem. Penelitian ini memberikan gambaran tentang potensi ekonomi dan keberlanjutan dari penerapan teknologi district heating dan district cooling berbasis PLTN di Indonesia.