digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Air asam tambang (AAT) terbentuk ketika mineral sulfida teroksidasi dengan air dan udara. AAT yang telah masuk ke lingkungan bisa merusak ekosistem perairan karena pH-nya yang rendah dan tingginya konsentrasi logam terlarut. Untuk mencegah terbentuknya AAT, batuan yang mengandung mineral sulfida (Potential Acid Forming/PAF) dilapisi dengan material yang tidak mengandung mineral sulfida (Non-Acid Forming/NAF) untuk mencegah oksidasi. Mengatasi kelangkaan material NAF di lapangan, fly ash dari sisa pembakaran batubara pada pembangkit listrik tenaga uap bisa digunakan sebagai alternatif material pelapis dan material pencampuran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja /ly ash sebagai material pelapis dan material pencampuran dengan menggunakan kolom uji laboratorium dalam mencegah terbentuknya AAT. Kolom uji dilakukan dengan skala laboratorium dengan perbandingan berat PAF dengan fly ash adalah 1:1, 1:1,5, 1:2 baik itu menggunakan metode pelapisan maupun metode pencampuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kolom uji laboratorium dengan metode pelapisan belum mampu menaikkan pH air lindian diatas 6 dimana pH air lindian dengan metode pelapis memilik nilai diaantara 3,72 — 5,47 . Sedangkan pada metode pencampuran nilai pH yang didapat memiliki nilai diantara 8,07 — 8,33. Dari parameter fisik dapat dilihat bahwa penggunaan metode blending lebih baik dikarenakan dapat menaikkan pH rata-rata menjadi 8. Jika dilihat dari parameter kimia metode blending lebih baik juga dalam menurunkan nilai logam berat Fe menjadi dibawah 0,01 mg/l dan Mn menjadi dibawah 2. Sehingga metode yang lebih efektif dalam pencegahan air asam tambang adalah metode blending.