







Air asam tambang (AAT) terbentuk ketika mineral sulfida teroksidasi
dengan air dan udara. AAT yang telah masuk ke lingkungan bisa merusak
ekosistem perairan karena pH-nya yang rendah dan tingginya konsentrasi
logam terlarut. Untuk mencegah terbentuknya AAT, batuan yang
mengandung mineral sulfida (Potential Acid Forming/PAF) dilapisi
dengan material yang tidak mengandung mineral sulfida (Non-Acid
Forming/NAF) untuk mencegah oksidasi. Mengatasi kelangkaan material
NAF di lapangan, fly ash dari sisa pembakaran batubara pada pembangkit
listrik tenaga uap bisa digunakan sebagai alternatif material pelapis dan
material pencampuran.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kinerja fly
ash sebagai material pelapis dan material pencampuran dengan
menggunakan kolom uji laboratorium dalam mencegah terbentuknya
AAT.
Kolom uji dilakukan dengan skala laboratorium dengan perbandingan
berat PAF dan fly ash sebesar 1:1, 1:1,5, dan 1:2 dan memiliki ukuran
sampel berdiameter 1,68 mm – 4,76 mm. Pengujian yang dilakukan pada
sampel PAF dan fly ash meliputi pengujian morfologi butir sampel,
distribusi ukuran sampel, mineralogi dan unsur, pengujian statik dan
kinetik serta pengujian IC dan ICP-MS pada kualitas air lindian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kolom uji laboratorium dengan
metode pelapisan belum mampu menaikkan pH air lindian diatas 6 dimana
pH air lindian memiliki nilai diantara 3,72 – 5,47. Sedangkan pada metode
pencampuran nilai pH yang didapat memiliki nilai diantara 8,07 – 8,33.
Jika dilihat dari parameter kimia metode blending lebih baik dalam
mencegah pembentukan logam berat Fe menjadi dibawah 0,01 mg/l dan
Mn menjadi dibawah 2. Berdasarkan hasil kenaikan nilai pH dan
pencegahan pembentukan logam Fe dan Mn metode yang lebih efektif
dalam pencegahan air asam tambang pada penelitian ini yakni metode
blending. Namun demikian diperlukan verifikasi menggunakan sampel
PAF berukuran lebih besar untuk melihat konsistensi efektivitas metode
blending.