Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang produktivitas
kerja, karena kinerja optimal hanya dapat dicapai apabila pegawai berada dalam
kondisi kesehatan yang baik. PT PLN (Persero) merupakan salah satu perusahaan
yang cukup konsern terhadap kesehatan pegawainya, termasuk memastikan
pekerjanya bekerja dalam kondisi terbaik. Pemberian fasilitas kesehatan bagi
pegawai, pensiunan, serta keluarga merupakan salah satu bukti kepedulian
Perusahaan terhadap kesejahteraan sumber daya manusianya. Pemberian fasilitas
kesehatan mencakup tindakan preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Salah satu
tindakan preventif yang dilakukan Perusahaan untuk Pegawainya adalah pemberian
fasilitas medical check up (MCU) tahunan bagi pegawai. Namun, pelaksanaan
program MCU ini masih terbatas pada kategori jabatan dan usia tertentu. Hal ini
mengindikasikan perlunya strategi yang lebih sistematis dalam menentukan
prioritas penerima manfaat MCU berdasarkan data kesehatan dan kepegawaian
Sejalan dengan hal tersebut, PT PLN (Persero) memiliki database yang berisi
berbagai informasi penting terkait kepegawaian, termasuk data pribadi pegawai,
riwayat jabatan, data presensi, serta catatan kesehatan. Namun, pemanfaatan
database tersebut untuk mendukung pengelolaan kesehatan pegawai hingga saat ini
belum dioptimalkan secara efektif. Padahal, pengelolaan data kepegawaian yang
sistematis dan terintegrasi dapat menghasilkan informasi strategis yang bernilai
tinggi. Informasi ini tidak hanya berguna untuk memahami kondisi kesehatan
pegawai secara lebih mendalam, tetapi juga dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan yang lebih tepat dalam merancang dan mengembangkan
program kesehatan pegawai di masa mendatang. Optimalisasi pemanfaatan
database ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan
kesehatan secara berkelanjutan.
Pemanfaatan metode Machine Learning, khususnya klasterisasi, diperlukan untuk
mengolah data dengan tujuan menentukan pegawai yang berhak menerima manfaat
medical check-up (MCU) berdasarkan data kepegawaian dan data kesehatan
pegawai. Penelitian ini bertujuan memberikan rekomendasi metode klasterisasi
yang paling optimal dalam mengelompokkan peserta MCU bagi pegawai di Regional Kalimantan. Data yang digunakan mencakup data personal pegawai,
riwayat jabatan, data presensi, serta data kesehatan yang terdiri dari catatan
transaksi kesehatan dan riwayat MCU. Optimalisasi pengelolaan data ini
diharapkan dapat meningkatkan efisiensi serta keakuratan dalam proses
pengambilan keputusan terkait penerima manfaat MCU.
Analisis dilakukan dengan menerapkan berbagai metode klasterisasi, termasuk Kmeans, K-medoids, Gaussian Mixture Model (GMM), Agglomerative Hierarchical
Clustering, dan DBSCAN. Selain itu, masing-masing metode klasterisasi
diimplementasikan dengan reduksi dimensi menggunakan Principal Component
Analysis(PCA) untuk meningkatkan efisiensi proses klasterisasi. Penelitian ini juga
memanfaatkan Variational Autoencoder (VAE) untuk menghasilkan representasi
laten yang lebih baik, guna memperoleh hasil klaster yang optimal dan relevan
dengan tujuan penelitian.
Evaluasi kualitas klaster dilakukan menggunakan metrik Silhouette Score untuk
menentukan metode klasterisasi yang memberikan hasil terbaik. Penilaian ini
dilakukan untuk memastikan bahwa struktur klaster yang dihasilkan memiliki
validitas dan interpretabilitas yang tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode klasterisasi K-medoids
dengan Principal Component Analysis (PCA) yang dikombinasikan dengan
Variational Autoencoder (VAE) memberikan hasil yang paling optimal pada
seluruh pengujian klaster yang dilakukan, termasuk untuk pengelompokan dengan
dua, tiga, empat, dan lima klaster. Pada pengelompokan dengan dua klaster, metode
ini menghasilkan Silhouette Score sebesar 0.805, yang menunjukkan struktur
klaster yang kuat dan lebih unggul dibandingkan metode klasterisasi lainnya.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode klasterisasi Kmedoids dengan kombinasi PCA dan VAE merupakan pendekatan paling efektif
dalam mengelompokkan data MCU, sehingga dapat memberikan rekomendasi
yang lebih akurat mengenai pegawai yang layak menerima manfaat medical checkup (MCU).