Baja karbon merupakan material yang memiliki manfaat masif pada banyak lini
kehidupan, terutama pada industri automotif, minyak, dan gas. Setidaknya150 juta
ton baja karbon per tahun hancur di banyak negara dikarenakan peristiwa korosi.
Bahkan, Indonesia mengalami kerugian senilai 5 triliun rupiah setiap tahun akibat
korosi. Hal tersebut menunjukkan bahwa korosi menghasilkan dampak yang
merugikan secara ekonomi bagi suatu negara. Oleh karena itu, penelitian mengenai
inhibisi korosi yang berkelanjutan harus secara konsisten dilakukan untuk
menjawab masalah yang ditimbulkan oleh proses korosi. Banyak metode inhibisi
korosi yang dikembangkan guna mengatasi kehancuran logam akibat korosi, tetapi
penambahan inhibitor menjadi metode yang disukai untuk diimplementasikan di
sektor industri. Hal tersebut disebabkan karena metode penambahan inhibitor
korosi dinilai sebagai metode yang efektif, efisien, murah, dan ramah lingkungan
dalam menghambat korosi. Pada penelitian ini membahas mengenai aktivitas
inhibisi dari cairan ion turunan imidazol [DMIm]Br, [DdMIm]Br, dan [DVIm]Br.
Cairan ion tersebut diharapkan dapat memberikan efek inhibisi korosi pada logam
dalam suasana korosif. Hal tersebut dikarenakan adanya kekhasan struktur dari
cairan ion, seperti keberadaan heteroatom N dan ikatan pi yang dapat mendukung
proses adsorpsi. Lebih dari itu, penelitian kajian inhibisi korosi sebelumnya
menunjukkan besarnya potensi pengembangan inhibitor dari senyawa turunan
imidazol yang dapat secara aktif memberikan efek inhibisi korosi. Oleh karena itu,
cairan ion [DMIm]Br, [DdMIm]Br, dan [DVIm]Br dapat menjadi kandidat
inhibitor korosi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah penentuan konsentrasi
optimum cairan ion dalam menginhibisi korosi, mengetahui efek peningkatan suhu
terhadap efisiensi inhibisi, dan melakukan kajian aspek termodinamika-kinetika
mengenai proses adsorpsi dan inhibisi korosi. Di sisi lain, cairan ion yang menjadi
bahan kajian pada penelitian ini merupakan senyawa hasil sintesis dengan
menggunakan metode Microvave Assisted Organic Synthesis (MAOS). Kemudian
cairan ion hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan kromatografi lapis tipis
(KLT), uji titik leleh, pengukuran Fourier Transform Infra Red (FTIR), dan
Nuclear Magnetic Resonance (NMR). Adapun uji inhibisi korosi guna memperoleh
data efisiensi inhibisi dan laju korosi memanfaatkan uji bobot hilang/Weight Loss,
Electrochemical Impedance Spectrocopy (EIS), dan Potentiodynamic Polarization
(PDP). Selain itu, pencitraan Scanning Electron Microscope (SEM) dan uji sudut
kontak dilakukan untuk studi permukaan lebih lanjut pada permukaan baja karbon.
Proses adsorpsi cairan ion diidentifikasi menggunakan model isoterm Langmuir
sesuai dengan data dari uji EIS. Di sisi lain, kajian aspek termodinamika-kinetika
dilakukan menggunakan data dari metode uji yang maenghasilkan nilai efisiensi
inhibisi paling tinggi yakni uji bobot hilang. Melalui penelitian ini, diperoleh
kesimpulan bahwa cairan ion memiliki kemampuan inhibisi korosi optimum pada
konsentrasi 100 ppm ([DMIm]Br dan [DdMIm]Br) dan 120 ppm ([DVIm]Br).
Kemudian, kecendurungan dari efisiensi inhibisi yang diberikan cairan ion
berbanding lurus dengan kenaikan suhu. Adapun efisiensi optimum inhibisi
[DMIm]Br, [DdMIm]Br, dan [DVIm]Br secara berturut-turut yakni 92,96%,
94,93%, dan 94,88%. Di sisi lain, aspek termodinamika adsorpsi menunjukkan
bahwa cairan ion dapat mengadsorpsi permukaan baja logam secara chemisorption
dikarenakan ?Gads berada diantara –40 kJ/mol dan –20 kJ/mol. Lebih dari itu,
penambahan cairan ion mampu meningkatkan nilai energi aktivasi (Ea) proses
korosi, meningkatkan nilai ?H korosi, membuat nilai ?S korosi semakin negatif,
dan membuat nilai ?G korosi semakin positif yang membuat proses korosi menjadi
terhambat.