Pertambangan nikel, sebagai salah satu sektor yang berkembang pesat, menghadapi
tantangan lingkungan akibat ekspoiltasi sumber daya. Penambangan terbuka di
endapan laterit berpotensi menimbulkan dampak seperti perubahan topografi dan
penurunan kualitas air akibat pengoksidaan mineral dalam lapisan tanah penutup,
yang mengarah pada pencemaran logam seperti kromium dan nikel yang berbahaya
bagi kesehatan dan lingkungan. Sebagai negara dengan kekayaan sumber daya alam
yang melimpah, Indonesia memiliki total sumber daya nikel sebesar 143 juta ton
dan cadangan sebesar 49 juta ton. Penelitian ini mengeksplorasi metode
elektrokoagulasi sebagai solusi efektif untuk menyisihkan polutan dari air limpasan
tambang nikel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan elektroda besi
lebih efisien dalam penyisihan kromium heksvalen (Cr(VI)), mencapai 99,76%
pada kuat arus 2 A dan laju aliran 0,99 Liter/menit. Untuk logam nikel total,
efisiensinya mencapai 99,82% dengan konsumsi energi spesifik sebesar 0,48
kWh/gram. Sementara itu, elektroda aluminium menghasilkan penyisihan Cr(VI)
sebesar 99,76% dan nikel total sebesar 68,82% pada kuat arus 6 A dan laju aliran
0,61 L/menit, dengan konsumsi energi spesifik sebesar 10,73 kWh/gram. Korelasi
positif ditemukan antara kerapatan arus dan efisiensi penyisihan logam, dengan
nilai korelasi masing-masing sebesar 0,38 untuk Cr(VI) dan 0,43 untuk logam nikel
total. Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan kerapatan arus berkontribusi pada
peningkatan efisiensi penyisihan logam, dengan mekanisme utama yang terlibat
adalah adsorpsi pada hidroksida, serta indikasi adanya elektrodeposisi pada
elektroda aluminium. Pendekatan dinamika fluida komputasional dapat digunakan
untuk memprediksi distribusi aliran dan kerapatan arus dalam proses penyisihan
logam dari air limpasan tambang nikel menggunakan reaktor elektrokoagulasi kontinu.