digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tanah penutup (overburden) merupakan material yang terdapat di permukaan serta tidak memiliki nilai ekonomis. Overburden terdiri atas topsoil dan bautan penutup. Topsoil atau tanah pucuk merupakan lapisan tanah paling atas yang lunak, mudah digali, dan kaya akan humus, sementara batuan penutup merupakan lapisan batuan yang sangat keras dan sulit digali. Topsoil masih memegang peranan penting untuk menunjang keberhasilan kegiatan reklamasi atau revegetasi pada areal bekas penambangan, dikarenakan topsoil memiliki tingkat kegemburan serta humus sebagai media tanam yang baik. Sementara batuan penutup memiliki ukuran butir yang relatif lebih besar serta struktur yang kuat dan solid yang tentunya kurang baik sebagai media tanam jika dibandingkan topsoil. Erodibilitas merupakan tingkat kepekaan atau ketahanan suatu material terhadap mudah atau tidaknya tererosi (Sartohadi, 2013). Setiap material memiliki erodibilitas yang berbeda tergantung pada struktur yang dapat dilihat dari stabilitas agregat suatu material. Stabilitas agregat ini dapat dilihat melalui pengujian slake durability. Dengan mengetahui erodibilitas dan slaking indeks, maka dapat memperkirakan potensi batuan penutup agar memiliki tingkat kegemburan seperti topsoil. Sampel terbagi menjadi 3 jenis yakni topsoil, batuan penutup 1(OB1) dan batuan penutup 2 (OB2) yang dilakukan secara duplo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa topsoil memiliki erodibilitas paling tinggi yakni sebesar 0,36 sementara batuan penutup 1 (OB1) sebesar 0,31 dan batuan penutup 2 (OB2) sebesar 0,27. Topsoil memiliki laju slaking relatif tinggi dibanding batuan penutup 1 dan batuan penutup 2 yakni laju slaking pada topsoil rata – rata sebesar 14,7 x10-7 g/cm2/s sementara batuan penutup 1 sebesar 6,1 x10-7 g/cm2/s dan batuan penutup 2 sebesar 4,23 x10-7 g/cm2/s. Untuk meningkatkan laju slaking dapat dilakukan dengan pengecilan ukuran batuan penutup sehingga dapat mempercepat proses pembentukan tanah seperti topsoil.