Daerah Bangunsari merupakan daerah dengan masyarakat yang memiliki mata
pencaharian utama bertani dan berkebun. Secara umum, daerah ini mengalami
kekurangan air ketika musim kemarau datang yang akan berdampak pada kegiatan
pengairan/irigasi pada lahan pertanian dan perkebunan. Embung dapat
menampung air, baik air hujan, air sungai, maupun airtanah sehingga dapat
menjadi salah satu solusi dari masalah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk melakukan kajian berupa analisis kestabilan lereng dan erodibilitas tanah
pada lokasi rencana pembangunan embung agar embung yang dibangun nanti
dapat bertahan di berbagai kondisi.
Daerah penelitian terletak pada koordinat 7° 25’ 56,4159" LS 108° 32‘ 34,9046"
BT - 7° 26‘ 29,3255" LS 108° 32‘ 07,3185" BT dan lokasi rencana pembangunan
embung berada pada koordinat 7° 26' 13.1" LS 108° 32' 48.5" BT. Daerah
penelitian berada di atas Formasi Tapak yang memiliki kemiringan bidang lapisan
10o-18o dan termasuk ke dalam satuan geomorfologi Punggungan Kuesta dan
Punggungan Homogen.
Diambil dua belas sampel tanah pada lokasi rencana pembangunan embung.
Dilakukan klasifikasi tanah berdasarkan Unified Soil Classification System
(USCS) menggunakan data dari uji karakteristik tanah. Dilakukan analisis
kestabilan lereng tanah menggunakan Metode Kesetimbangan Batas yang
dikembangkan oleh Bishop berdasarkan data berat isi, berat isi basah, sudut geser
dalam, dan kohesi tanah. Dilakukan analisis erodibilitas tanah menggunakan
Metode Nomograf Wischmeier dan Smith berdasarkan data dari uji karakteristik
tanah, persentase bahan organik tanah, struktur tanah, dan permeabilitas tanah.
Jenis tanah di lokasi rencana pembangunan embung termasuk ke dalam kelompok
SM (pasir berlanau), SC (pasir berlempung), dan SP SM (Pasir bergradasi buruk,
pasir berlanau) dan memiliki erodibilitas tanah sedang sampai agak tinggi dengan
nilai faktor K 0,26 – 0,39. Secara umum, lereng embung berada dalam kondisi
stabil pada sudut lereng 72o – 74o dengan faktor keamanan 1,515 – 1,538 dan
bank width 0,56 – 0,66 meter. Namun, agar semua lereng embung tetap stabil di
iii
semua ketinggian air embung, lereng harus memiliki sudut maksimal sebesar 72o.
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi erodibilitas tanah dan
mempertahankan kestabilan pada lereng embung dan sekitarnya adalah dengan
memasang geomembrane, menanam vegetasi, dan membuat drainase.