Abstrak - Firda Rahmania Bandjar
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Puntung rokok merupakan sampah paling banyak kedua di dunia yang ditemukan di
pesisir pantai. Kandungan selulosa asetat pada puntung rokok dapat didaur ulang untuk
memenuhi pasar global selulosa asetat yang diprediksi mencapai 7,05 miliar USD pada tahun
2029. Dalam penelitian ini, puntung rokok didaur ulang menjadi membran berpori yang dapat
diaplikasikan sebagai membran filtrasi. Membran dihasilkan dengan metode inversi fasa.
Waktu demixing pada inversi fasa memengaruhi morfologi membran. Waktu demixing dibagi
menjadi dua, yaitu instantaneous dan delayed. Instantanenous demixing cenderung
membentuk membran berpori, sedangkan delayed demixing cenderung membentuk membran
padat. Namun, belum ada literatur yang membahas evolusi pori dari kondisi instantaneous
ke delayed. Sebagai penelitian awal yang bersifat eksploratif, durasi waktu demixing
divariasikan 2 s, 15 s, 15 m, dan 30 m. Karakterisasi FTIR dilakukan untuk mengevaluasi
proses pembersihan nikotin dari sampah puntung rokok. Morfologi pori diidentifikasi dengan
SEM dan ukuran pori diidentifikasi menggunakan aplikasi ImageJ. Spektrum FTIR
menunjukkan serapan gugus fungsi C–O (1032 cm-1, 1356 cm-1, 1368 cm-1), gugus C=O
(1734 cm-1), dan gugus C–H (2852 cm-1 dan 2924 cm-1) yang mengindikasikan keberadaan
selulosa asetat. Proses ekstraksi selulosa asetat (pemurnian puntung rokok) efektif
menghilangkan nikotin hingga 85%. Pada rentang waktu 2 s sampai 15 m, semakin lama
durasi waktu demixing, pori-pori akan cenderung membentuk connected pores. Pada 30 m,
pori-pori sudah menyatu membentuk struktur dense. Berdasarkan ukuran pori dan distribusi
pori, membran 15 s berpotensi sebagai membran filtrasi, sedangkan membran 2 s, 15 m, dan
30 m tidak berpotensi sebagai membran filtrasi.