digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_THEODORE HOWARD HARTONO
PUBLIC Open In Flip Book Lili Sawaludin Mulyadi

Air kelapa tua seringkali tidak dimanfaatkan dengan optimal karena memiliki rasa yang asam sehingga terbuang menjadi limbah. Pembuangan limbah air kelapa tua secara sembarangan ke lingkungan dapat menjadi masalah serius karena dapat menimbulkan bau tidak sedap yang mengindikasikan adanya polusi asam asetat. Limbah air kelapa tua dapat dioptimasi menjadi alternatif ko-substrat dalam pengolahan lumpur tinja tangki septik secara laktofermentasi karena memiliki pH asam dan kandungan monosakarida dan disakarida dalam bentuk gula karbohidrat yang dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri asam laktat. Penelitian ini mengkaji proses laktofermentasi pada variasi umur lumpur tinja 2-5 tahun dan di atas 5 tahun dengan empat variasi beda perlakuan antara pencampuran lumpur tinja, air kelapa tua, dan kultur bakteri selama 21 hari dalam suhu ruang dan kondisi anaerob fakultatif. Variasi kultur bakteri yang digunakan adalah kultur tunggal spesies Lactobacillus plantarum dan kultur campuran EM4. Parameter yang diuji pada penelitian ini adalah temperatur, pH, kadar air, kadar volatil, C-Organik, NTK, total fosfat, dan TAV, NH3, H2S, total E. coli, dan asam laktat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air kelapa tua dapat dijadikan alternatif ko-substrat dengan penambahan kedua kultur bakteri dalam proses laktofermentasi. Pengukuran pH pada penambahan air kelapa tua dan kultur bakteri berada pada pH optimum. Selain itu, kadar air terukur untuk kedua variasi ditunjukkan bahwa variasi 2-5 tahun berada pada rentang optimum. Di sisi lain, proses laktofermentasi dengan air kelapa tua dan kultur bakteri dapat mendegradasi nutrien dengan efisiensi penyisihan terbaik untuk C-Organik, NTK, dan total fosfat masing-masing sebesar 79,58%; 51,95%; dan 75,56%. Penurunan bau terjadi pada reaktor penambahan air kelapa dan kultur bakteri dengan efisiensi penyisihan terbaik untuk NH3 dan H2S masingmasing sebesar 74,75% dan 73,23%. Pada penelitian ini, proses laktofermentasi seluruh variasi dapat menyisihkan E. coli. Terjadi pembentukan asam laktat pada kedua variasi dengan pembentukan asam laktat tertinggi pada variasi 2-5 tahun dan di atas 5 tahun masing-masing sebesar 14,4 mg/L dan 18,0 mg/L.