digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Logidea Anka
PUBLIC Alice Diniarti

Industri minyak dan gas bumi di Indonesia sangat penting untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Pada tahun 2023, investasi sektor hulu minyak dan gas meningkat 21% menjadi USD 5,7 miliar pada semester pertama. SKK Migas menargetkan produksi minyak 1 juta barel per hari dan gas 12 miliar kaki per hari pada tahun 2030, meskipun menghadapi tantangan penurunan cadangan dan kebutuhan investasi besar. Salah satu upaya dalam menghadapi tantangan ini yaitu dengan membangun sistem perpipaan bawah laut. Dalam membangun sistem pipa bawah laut dibutuhkan desain dan analisis yang sesuai dengan standar yang berlaku untuk memastikan keamanan dan efisiensi dari sistem perpipaan bawah laut. Dalam studi ini, desain dan analisis pipa bawah laut mengacu kepada standar DNV-ST-F101, DNV-RP-C205, DNV-RP-F105, DNV-RP-F109, dan DNV-RP-F109. Data lingkungan yang digunakan pada studi ini merupakan data sekunder dengan melalui tahapan uji distribusi Kolmogorov-Smirnov untuk mendapatkan data dari tinggi gelombang signifikan, periode puncak gelombang, kecepatan arus 90% dari total kedalaman perairan, dan storm surge dengan periode ulang 1 tahunan, 10 tahunan, dan 100 tahunan. Sistem pipa bawah laut dibagi sesuai dengan kecepatan arus menjadi dua zona yaitu zona 1 sepanjang 47,2 km dan zona 2 sepanjang 11,4 km. Tahapan desain yang pertama adalah perhitungan analisis tebal dinding pipa berdasarkan kriteria standar DNV-ST-F101. Setelah itu, dipilih tebal dinding pipa yaitu sebesar 12,7 mm sesuai dengan ketersediaan spesifikasi pada standar API 5L. Analisis on-bottom stability yang mengacu pada standar DNV-RP-F105 dilakukan untuk menentukan tebal selimut beton agar kestabilan pipa terjaga di dasar laut akibat dari gaya hidrostatis dan gaya hidrodinamika. Dalam studi ini, didapatkan tebal selimut beton tanpa melakukan trenching sebesar 69 mm untuk zona 1 dan 41 mm untuk zona 2. Analisis instalasi pipa bawah laut dilakukan untuk menentukan konfigurasi lay barge yang tepat sehingga nilai tegangan yang terjadi pada pipa di area sagbend dan nilai regangan di area overbend tidak melebihi batas maksimumnya berdasarkan standar DNV-ST-F101. Proses desain yang terakhir adalah analisis bentang bebas pada pipa bawah laut, yang bertujuan untuk mengetahui panjang bentang bebas maksimum pipa yang diizinkan berdasarkan standar DNV-RP-F105. Panjang bentang bebas yang diizinkan untuk kriteria screening fatigue adalah sebesar 19 m untuk zona 1 dan 18,35 m untuk zona 2. Sedangkan untuk kriteria ultimate limit state, panjang bentang bebas yang diperbolehkan adalah sebesar 25,15 m untuk zona 1 dan 29,85 mm untuk zona 2.