Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditi unggulan dalam budidaya perikanan air tawar. Dalam proses budidayanya, terdapat permasalahan yang sering dijumpai pada saat produksi benih (nursery) yaitu rendahnya kelulushidupan larva ikan akibat belum adanya standar dalam proses pendederan. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan dan jenis pakan yang belum sesuai dan memadai untuk proses pendederan. Pada penelitian ini, evaluasi berbagai feeding regime dari jenis pakan berupa pakan alami Artemia dan pakan komersial dilakukan pada pendederan ikan nila dengan parameter yang dinilai meliputi kelulushidupan, pertumbuhan, serta profil mikroba pada ikan dan air kultur. Tahapan penelitian antara lain; (1) penyiapan pakan uji yang terdiri dari pakan alami Artemia dan pakan komersial; (2) evaluasi pengaruh pemberian pakan Artemia dan co-feeding Artemia dengan pakan komersial selama 28 hari dalam sistem semi-batch; dan (3) analisis profil mikroba pada ikan dan air budidaya. Terdapat tiga variasi perlakuan berdasarkan waktu dan jenis pakan yaitu (1) 7 hari pemberian pakan Artemia – 7 hari co-feeding pakan Artemia dan komersial – 14 hari pakan komersial (CF1); (2) 14 hari pakan Artemia – 7 hari co-feeding Artemia dan pakan komersial – 7 hari pakan komersial (CF2); dan (3) 28 hari pakan komersial (K). Selama budidaya, parameter kualitas air berada pada rentang toleransi pertumbuhan ikan Nila yaitu Dissolved Oygen (DO) sebesar 4,5 – 5,8 mg/L, suhu sebesar 26,6 – 28,7oC, pH sebesar 7,3 – 8,9, NO2-N sebesar 0 – 1,5 mg/L, dan NO3-N sebesar 0 – 22,5 mg/L. Konsentrasi Total Ammonia Nitrogen (TAN) mengalami peningkatan setelah diberi pakan komersial, hingga melebihi batas maksimum (7,5-9 mg/L). Berdasarkan hasil penelitian, kualitas air budidaya paling baik dijumpai pada CF2 meskipun kualitas air pada CF1 dan K masih berada pada rentang toleransi pertumbuhan ikan nila. Analisis profil komunitas mikroba sampel air dan whole body larva ikan Nila menggunakan metode perhitungan angka lempeng total pada medium NA di hari ke-0, 7, 14, 21, dan 28. Pada nilai performa biologis ikan nila selama budidaya, perlakuan kontrol dan CF2 menunjukkan perbedaan yang nyata di parameter rataan berat ikan, penambahan berat harian, dan biomassa total. Di sisi lain, perlakuan CF1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada
perlakuan kontrol teramati pertumbuhan ikan tertinggi dengan rataan berat ikan sebesar 1,32 ± 0.314 gram, penambahan berat harian sebesar 0,046 ± 0,011gram/hari, dan biomassa total sebesar 109,5 ± 30,34 gram. CF1 memberikan pertumbuhan ikan yang lebih rendah dari K namun lebih tinggi dari CF2, dengan rataan 0.965±0,147 gram, biomassa 75,26±23,96 gram, dan penambahan berat harian 0.033±0,005 gram. Sebaliknya, CF2 menghasilkan pertumbuhan terendah dengan ratapan berat ikan sebesar 0,813 ± 0,212 gram, penambahan berat harian sebesar 0,0028 ± 0,004 gram/hari, dan biomassa total sebesar 54,093 ± 5,51 gram. Parameter kelulushidupan dan konversi rasio pakan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata di semua perlakuan. Kandungan makronutrien pada perlakuan CF1 terdiri dari 31,13% protein, 17,48% karbohidrat, dan 7,44% lemak; CF2 mengandung 22,32% protein, 10,58% karbohidrat, dan 5,86% lemak, sedangkan pada perlakuan K terdapat 44,32% protein, 27,84% karbohidrat, dan 8,61% lemak. Kelimpahan total bakteri tertinggi teramati di variasi CF1 pada sampel whole body ikan maupun air, yaitu sebesar 1,31 x 107 – 7,28 x 108 CFU/gram dan 7,04 x 103 – 3,57 x 105CFU/mL secara berturut-turut. Pada parameter nilai indeks keragaman, kesamaan, dan dominansi, dapat ditinjau bahwa pemberian Artemia dapat memberikan stabilitas mikroba yang lebih tinggi. Hasil sekuensing gen 16S rRNA menunjukkan dominasi bakteri tertinggi di semua perlakuan pada ikan maupun air budidaya memiliki kekerabatan paling dekat dengan Bacillus stratrosphericus dan Pseudomonas chengduensis. Pada sampel ikan, B. strastrophericus lebih mendominasi pada perlakuan CF1 dan CF2 dengan porsi 33,26% - 87,49%. Pada sampel air, P. chengduensis lebih mendominasi dengan kelimpahan tertinggi mencapai 80,81%. Oleh karena itu, pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kelulushidupan dan pertumbuhan paling baik dijumpai pada perlakuan kontrol (K). Di sisi lain, CF1 tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap K meskipun nilainya lebih rendah. Pemberian pakan berupa Artemia mampu memberikan kualitas air yang lebih baik dan menyebabkan fluktuasi pada kelimpahan total mikroba tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap jenis dan keanekaragaman bakteri dibandingkan dengan kontrol.