digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pembaruan Rencana Strategis Ketenagalistrikan 2022 menargetkan rasio elektrifikasi 100% dan 22% penggunaan EBT, sehingga studi potensi pembangkit tenaga air menjadi penting untuk mendukung pengembangan off-grid di wilayah yang belum berlistrik dan mencapai ketahanan energi serta pengurangan emisi. Analisis kelayakan dari aspek teknis hingga ekonomi dalam memetakan lokasi potensial menjadi kesatuan yang penting sehingga memerlukan efektifitas waktu dengan mempertimbangkan biaya instalasi lokasi potensial. Penelitian sebelumnya oleh Purnama (2019) menemukan 45 lokasi potensial hydropower dengan total daya 45.735 kW menggunakan metode modifikasi analisis headrace dengan debit desain peluang kejadian 80%. Namun, ditemukan anomali dalam pembacaan arah aliran pada titik potensial sehingga dilakukan resample untuk mendapatkan lokasi yang sesuai dengan kriteria. Ketentuan resample mengambil power dengan peringkat tertinggi di hulu, meskipun terdapat power lebih rendah di hilir. Hasil evaluasi diperoleh 25 titik potensial yang sudah sesuai kriteria untuk kemudian dianalisis aspek ekonominya. Menurut Laporan Keuangan IRENA 2020, biaya normatif pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) diperkirakan sebesar 1.580 USD/kWh, mencakup seluruh aspek seperti pekerjaan sipil, mekanikal, perlengkapan elektrikal, serta biaya pembebasan lahan. Setiap aspek tersebut memiliki proporsi masing-masing dalam total biaya pembangunan PLTA. Namun, batasan penelitian ini tidak membahas aspek teknis politik dan elektrikal. Fokus utama penelitian ini adalah analisis biaya pembebasan lahan dan biaya galian timbunan sebagai input perhitungan kelayakan ekonomi kelanjutan dari penelitian sebelumnya menggunakan algoritma pemrograman Python. Dengan penerapan algoritma ini, proses analisis kelayakan ekonomi dapat disederhanakan untuk mempermudah identifikasi lokasi potensial pengembangan PLTA. Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa hasil perhitungan model dapat memberikan konsiderasi dalam pemilihan lokasi yang potensial. Biaya pembebasan lahan dihitung berdasarkan hasil analisis galian dan timbunan (cut fill) pada saluran pembawa menuju lokasi headpond yang direncanakan menggunakan nilai zona nilai tanah pada algoritma pemograman Python. Perhitungan cut fill pada kemiringan lereng dimulai dengan menghitung perpotongan garis dan luas segitiga untuk area galian, serta panjang saluran berdasarkan elevasi grid tetangga kiri dan kanan. Grid tetangga ini berfungsi untuk memberikan informasi posisi dan elevasi kemiringan lereng. Luas segitiga yang dihitung merepresentasikan area galian, sementara timbunan ditempatkan pada grid tetangga. Dari perhitungan ini, area yang perlu dibebaskan sepanjang saluran hingga ke lokasi headpond ditentukan. Rasio antara biaya galian timbunan beserta infrastruktur dengan biaya pembebasan lahan dihitung untuk melihat pengaruh metode sebagai penilaian kelayakan ekonomisnya. Dari 25 titik potensial yang dianalisis, 17 di antaranya sesuai rentang persentase yang disebutkan dalam laporan keuangan IRENA 2020, yaitu minimal 1,5% dan maksimal 8,17%. Selain itu, rasio total biaya pembangunan dengan keuntungan penjualan listrik (benefit cost ratio) wajarnya berada di kisaran 20%-50%. Dari analisis ini, ditemukan bahwa 24 dari 25 lokasi memiliki rasio yang masih dalam batas wajar, yaitu antara 20%-24%, yang menunjukkan potensi kelayakan proyek secara ekonomi. Dari 25 titik potensial, tiga titik dipilih untuk verifikasi lapangan guna mengidentifikasi ketidakpastian antara hasil perhitungan algoritma dan data aktual. Verifikasi lapangan dilakukan untuk mengevaluasi kemiringan lereng, jalur ideal, dan harga tanah yang berlaku. Hasil verifikasi menunjukkan adanya perbedaan antara model prediksi dan kondisi lapangan, terutama dalam harga tanah yang masih menggunakan tarif per meter berdasarkan satuan lokal (1 tumbak). Rasio antara biaya aktual dan model prediksi berkisar antara 20%-24%. Penelitian ini berhasil memberikan dasar keputusan terkait pemilihan lokasi potensial berdasarkan aspek ekonomi yang telah dianalisis. Namun, hasil verifikasi lapangan menunjukkan bahwa analisis ekonomi yang dilakukan masih berada pada tahap kelayakan awal untuk lokasi potensial pembangunan PLTA. Penelitian ini masih memiliki keterbatasan, terutama terkait analisis lebih mendalam terhadap aksesibilitas data dan kesesuaian input yang digunakan dalam perhitungan algoritma berbasis Python. Penggunaan data topografi dengan rentang elevasi yang lebih detail diharapkan dapat meningkatkan akurasi perhitungan cut and fill, yang pada gilirannya akan mempengaruhi estimasi biaya dengan lebih tepat.