Penelitian ini mengkaji peran pengeluaran perlindungan lingkungan (EPE)
dalam memajukan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di tujuh negara
Asia: Cina, Indonesia, Israel, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, dan Thailand.
Dengan fokus pada SDG 6 (Air Bersih dan Sanitasi), SDG 11 (Kota dan
Pemukiman yang Berkelanjutan), SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang
Bertanggung Jawab), SDG 14 (Kehidupan di Bawah Air), dan SDG 15
(Kehidupan di Darat), penelitian ini menilai dampak komitmen keuangan
terhadap hasil pembangunan berkelanjutan. Menggunakan analisis data panel,
studi ini mengevaluasi hubungan antara EPE dan SDGs yang dipilih dengan
mengendalikan pertumbuhan ekonomi, investasi asing langsung (FDI),
ketimpangan pendapatan, dan perdagangan sebagai persentase dari PDB. Hasil
menunjukkan bahwa peningkatan pengeluaran lingkungan secara signifikan
meningkatkan akses air bersih, keberlanjutan kota, konsumsi yang bertanggung
jawab, konservasi laut, dan keanekaragaman hayati darat. Negara-negara
dengan kerangka kerja perlindungan lingkungan yang kuat dan investasi lebih
tinggi dalam teknologi hijau menunjukkan kinerja SDG yang lebih baik.
Kesepakatan Baru Hijau Korea Selatan dan investasi energi terbarukan di Cina
menjadi model sukses dalam mengintegrasikan pertumbuhan ekonomi dengan
keberlanjutan lingkungan. Sebaliknya, Indonesia dan Filipina menghadapi
tantangan dalam menegakkan peraturan lingkungan, yang menekankan perlunya
tata kelola yang lebih kuat. Studi ini menyoroti pentingnya komitmen keuangan
strategis untuk perlindungan lingkungan dalam mendorong pembangunan
berkelanjutan. Ini memberikan wawasan bagi pembuat kebijakan, bisnis, dan organisasi internasional yang bertujuan untuk menyelaraskan aktivitas ekonomi
dengan tujuan keberlanjutan. Dengan menekankan tata kelola yang efektif,
pembiayaan inovatif, dan kemitraan publik-swasta, penelitian ini berkontribusi
pada diskusi tentang mencapai masa depan yang lebih hijau untuk Asia.