Abstrak - Irma Junita
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER - Irma Junita
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB I - Irma Junita
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB II - Irma Junita
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB III - Irma Junitada
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB IV - Khoirul Huda
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB V - Irma Junita
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA - Irma Junita
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Pembentukan kayu reaksi merupakan adaptasi struktural pada pertumbuhan kayu yang mengalami tekanan mekanis pada batang atau cabang yang miring untuk mencegah kerusakan. Pada angiospermae, kayu reaksi terbentuk di sisi atas batang yang miring untuk menarik batang agar tidak patah, sedangkan sisi berlawanan yang mengalami tekanan mekanis dikenal sebagai kayu opposit. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakter anatomi kayu reaksi dan opposit angsana (Pterocarpus indicus Willd.) melalui pengamatan sayatan pada bidang radial, tangensial, dan melintang, serta pengukuran dimensi serat dan trakea. Kayu yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari ITB kampus Jatinangor. Sampel berupa lempengan kayu yang diambil dari batang utama dari ketinggian 1,3 meter di atas permukaan tanah. Sampel pengamatan berupa sayatan pada bidang melintang, radial, dan tangensial dari kayu bagian dekat empulur dan dekat kulit, sedangkan untuk maserasi sel diambil dari setiap cincin pertumbuhan, mulai dari bagian dekat empulur hingga kayu terluar. Pengukuran dan analisis trakea mencakup distribusi, diameter, dan panjang trakea, yang dilakukan pada setiap cincin pertumbuhan kayu reaksi dan kayu opposit. Demikian pula pengukuran dan analisis serat, mencakup panjang serat, diameter serat, diameter lumen, dan ketebalan dinding serat, juga dilakukan pada setiap cincin pertumbuhan. Karakterisasi anatomi kayu reaksi dan opposit Pterocarpus indicus dilakukan sesuai dengan standar IAWA. Hasil pengamatan kuantitatif dilanjutkan dengan analisis statistik berupa perbandingan rata-rata dan regresi logaritmik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, teramati trakeid, trakea, serat, dan parenkim xilem pada setiap jenis sayatan. Sel serat memiliki noktah bertepi tipis, sementara trakea memiliki noktah vestured yang tersusun berseling. Pada sayatan radial, teramati sel parenkim jari-jari baring. Pada sayatan tangensial, teramati parenkim jari-jari uniseriat dengan pola serat dan jari-jari yang bertingkat. Pada sayatan melintang, teramati parenkim aksial dengan pola aliform, aliform-bersayap, dan pita. Selain itu, safranin yang digunakan untuk mewarnai sayatan terikat lebih banyak pada dinding sel serat kayu opposit dibandingkan dengan kayu reaksi. Hal ini disebabkan oleh distribusi serat yang lebih padat pada kayu opposit. Setelah melihat hasil secara kualitatif, pengamatan kuantitatif menunjukkan bahwa distribusi trakea pada setiap cincin pertumbuhan bervariasi, dengan rata-rata distribusi trakea pada kayu reaksi (kayu awal: 2,28 sel/mm², kayu akhir: 2,55 sel/mm²) lebih rendah dibandingkan pada kayu opposit (kayu awal: 2,34 sel/mm², kayu akhir: 2,66 sel/mm²). Diameter trakea juga bervariasi, dengan rata-rata diameter trakea pada kayu reaksi (kayu awal: 222,25 ?m, kayu akhir: 181,95 ?m) lebih tinggi dibandingkan pada kayu opposit (kayu awal: 198,41 ?m, kayu akhir: 172,77 ?m). Pola penyebaran trakea pada kayu reaksi dan opposit Pterocarpus indicus. adalah pola baur pada cincin pertumbuhan dekat empulur, semi-tata-lingkar pada cincin pertumbuhan yang lebar, dan tata-lingkar pada cincin pertumbuhan yang sempit. Panjang trakea juga bervariasi dengan rata-rata panjang 235,52 ?m pada kayu reaksi dan 235,62 ?m pada kayu opposit. Variasi dalam distribusi dan dimensi trakea terjadi karena trakea merespons tekanan mekanis yang diterima. Panjang sel serat dari dekat empulur hingga dekat kulit kayu pada kayu reaksi dan opposit meningkat, sementara diameter serat dan diameter lumen menurun. Serat pada kayu reaksi lebih panjang, dengan rata-rata panjang serat adalah 1224,28 ?m, dibandingkan pada kayu opposit yang memiliki rata-rata panjang serat 1048,88 ?m. Perbedaan ini disebabkan oleh penarikan kayu reaksi untuk mencegah retak atau patahnya batang pohon. Dinding sel serat kayu reaksi juga lebih tebal, dengan rata-rata tebal dinding serat adalah 1,82 ?m, dibandingkan kayu opposit yang memiliki rata-rata tebal dinding serat 1,48 ?m. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh terbentuknya lapisan gelatin pada dinding sel serat kayu reaksi. Lapisan gelatin umumnya akan lebih banyak terbentuk pada sel serat kayu reaksi dibandingkan dengan sel serat kayu opposit.