PT Kilang Pertamina International (KPI), sebagai anak perrusahaan PT Pertamina (Persero) yang saat ini mengoperasikan dan mengelola penuh bisnis subholding Kilang, berniat membangun unit Gasoline Sulphur Hydrotreater (GSH) baru untuk memenuhi peraturan pemerintah terbaru tentang kandungan Sulfur didalam produk Bensin yang akan disesuaikan pada batasan maksimal 50 ppm di akhir tahun 2027.
Dalam melaksanakan tahapan eksekusi proyek, dipandang penting untuk menemukan dan memutuskan Project Delivery Method (PDM) yang optimal untuk digunakan secara efektif di Proyek GSH Kilang RU-III Plaju dan RU-VI Balongan untuk mencapai target akhir PT KPI yaitu OTOBOSOR (On Time, On Budget, On Specification, On Regulation). Keputusan yang salah dalam menentukan PDM akan berdampak pada potensi terlambatnya periode konstruksi proyek yang dapat berpotensi menimbulkan change order baik terkait waktu maupun biaya. .
Oleh karena itu, akan dilakukan Evaluasi dan Pemilihan PDM yang optimal diantara 4 (empat) konsep alternatif skema strategi kontrak, yaitu Conventional Design-Bid-Build (DBB),
Dual FEED Competition (DFC), Design Build Competition (DBC), dan Co-current Design. Bid-Build (DBB Co-current) dengan menggunakan Analisis Analytic Hierarchy Process (AHP).
Penulis telah mengevaluasi beberapa parameter yang memberikan dampak atau pengaruh besar dalam menjalankan skema strategi kontrak PDM untuk mencapai target OTOBOSOR dengan menggunakan analisis PESTEL dan interview melalui In depth Questionnaire bersama dengan Subject Matter Expert. Parameter-parameter tersebut dianalisis melalui Analisis Pair Wise Comparation Model AHP. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, alternatif terbaik yang dapat diterapkan adalah DBB Co-Current. Dalam hal analisis sensitivitas, Model DBB Co-Current juga kokoh dan memberikan nilai tertinggi dibandingkan alternatif lainnya. Oleh karena itu, skema DBB Co-Current merupakan skema yang cocok untuk diterapkan untuk mempercepat tahapan Proyek mulai dari proses tender desain hingga Fase EPC Proyek GSH.