digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Ikan patin (Pangasianodon hypophthalmus) merupakan komoditi perikanan budidaya yang mempunyai nilai ekonomis dan produktivitas yang tinggi. Penelitian kriopreservasi pada sperma ikan patin diharapkan dapat mendukung kegiatan produksi benih tanpa dipengaruhi musim, daya simpan sperma yang lebih lama, serta efisiensi pemeliharaan dan penggunaan induk jantan terutama untuk produk hasil pemuliaan. Selain itu teknik kriopreservasi juga dapat dimanfaatkan sebagai teknologi untuk konservasi ex-situ sumberdaya atau materi genetik induk (cryobanking) serta membantu distribusinya ke seluruh wilayah. Pada teknik kriopreservasi, ekstender dan krioprotektan digunakan pelindung sel saat terjadi kejutan suhu dan mencegah dehidrasi selama proses freezing. Oleh karena itu penting dilakukan penelitian tentang formulasi krioprotektan yang efektif pada pengawetan sperma ikan Patin. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) memperoleh formula terbaik kombinasi krioprotektan permeating dan non-permeating yang optimal untuk kriopreservasi sperma ikan Patin, (2) memperoleh hasil sperma awetan menggunakan kombinasi krioprotektan permeating dan non-permeating yang efektif digunakan pada fertilisasi telur ikan Patin. Pada penelitian ini temperatur yang diujikan pada suhu 4-8°C dan -196°C. Krioprotektan permeating yang digunakan yaitu Dimethil Sulfoxidase (DMSO) dan Tris Aminomethane (TA) serta kriprotektan non-permeating berupa kuning telur ayam dalam bentuk sediaan segar (KTAS), kering beku (KTAKB) dan nanopartikel (KTANP). Tahapan penelitian meliputi: (a) seleksi induk, (b) produksi sperma dan telur ikan patin, (c) formulasi krioprotektan dan freezing sperma ikan patin, (d) pengamatan kualitas sperma sebelum dan setelah freezing, dan (e) pengujian in vivo fertilisasi sel telur menggunakan sperma hasil freezing. Pada penyimpanan jangka pendek suhu 4-8°C selama 24 jam, motilitas sperma ikan patin terbaik ditunjukkan pada perlakuan 5% DMSO dan 10% DMSO serta kombinasinya dengan kuning telur ayam nanopartikel (KTANP). Sedangkan pada kriopreservasi pada suhu -196°C motilitas sperma ikan patin terbaik pasca pencairan kembali ditunjukkan pada perlakuan 5% DMSO. Pada tahap penyimpanan jangka pendek maupun kriopreservasi, derajat fertilisasi sangat baik yaitu diatas 90% dan tidak berbeda nyata antar perlakuan. Derajat penetasan terbaik pada penyimpanan jangka pendek pada suhu 4-8oC yaitu pada perlakuan kombinasi krioprotektan DMSO 10% dengan kuning telur segar dan kuning telur kering beku. Sedangkan pada tahap kriopreservasi, meskipun sperma beku ikan patin dapat digunakan untuk fertilisasi namun belum berhasil sampai penetasan diduga adanya kendala pada tahap embriogenesis.