digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak: Telah dilakukan penelitian mengenai kelainan kromosom pada embrio sapi basil maturasi dan fertilisasi oosit secara in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kemampuan perkembangan embrio tahap praunpiantasi dengan terjadinya kelainan kromosom pada masing-masing tahap perkembangan embrio. Oosit sapi (jenis Ongole) dimaturasi selama 22-24 jam dalam medium 199 dan 20% FBS, dan diinkubasi pads suhu 39°C, fasa gas 5% CO2 dan 95% udara. Setelah dimaturasi secara in vitro, sel telur diinseminasi selama 18 jam. Embrio yang dihasiikan kemudian dikultur selama 5-7 hari dan setiap 12 jam dilakukan pencatatan jumlah embrio pads setiap tahap pembelahan. Sediaan kromosom dibuat dari embrio tahap pembelahan 2, 4, dan 8 sel, dan dilakukan analisis terhadap jnmlah dan morfologi kromosom, serta frekuensi terjadinya Pertukaran Pasangan Kromatida (PPK). Kromosom embrio mempunyai morfologi yang sama dengan kromosom sapi dewasa, yaitu otosom berbentuk telosentrik dan kromosom seks berbentuk submetasentrik. Rata-rata frekuensi PPK kromosom embrio lebih tinggi, tetapi secara statistik tidak berbeda nyata dengan PPK kromosom sapi dewasa. Macam kelainan kromosom yang tampak adalah jumlah kromosom yang tidak normal dan tergolong letal, terutama poliploid, serta haploid dan aneuploid, yang dijumpai pada 44,4% embrio. Dengan bertambah lanjutnya tahap perkembangan embrio, persentase embrio dengan kromosom tidak normal semakin meningkat dan hal ini dapat dikaitkan dengan meningkatnya kegagalan pembelahan embrio, sehingga menyebabkan viabilitas embrio semakin rendah.