Kemunculan SARS-CoV-2 sejak Desember 2019 di Wuhan, China telah
menyebabkan permasalahan di berbagai bidang di negara-negara, di seluruh dunia.
Berbagai upaya preventif maupun kuratif telah dilakukan untuk mengatasi
permasalahan kesehatan akibat SARS-CoV-2. Diantara berbagai upaya, vaksinasi
merupakan upaya yang paling efektif yang pernah dilakukan untuk mengatasi serta
menghambat penyebaran virus secara global. Adapun SARS-CoV-2 hingga kini
banyak mengalami mutasi dan menyebabkan beberapa vaksin yang telah
dikembangkan sebelumnya tidak efektif. Salah satu jenis vaksin yang banyak
dikembangkan saat ini adalah vaksin subunit berbasis peptida. Vaksin multi-epitop
merupakan salah satu jenis vaksin subunit berbasis peptida yang terdiri dari
beberapa epitop dari patogen target yang dapat memicu respon imun adaptif. Pada
penelitian sebelumnya telah didesain vaksin multi-epitop dari protein spike dan
NSP3 (MEV-CoV19). Gen pengkode MEV-CoV19 juga telah dikloning dalam
plasmid pET-23a(+) dan ditransformasikan ke dalam sel E.coli BL21 untuk
diekspresikan dan dipurifikasi. Namun kandidat vaksin tersebut belum diujikan
secara in vivo. Pada penelitian ini dilakukan uji imunogenitas kandidat vaksin
MEV-CoV19 pada hewan model mencit galur BALB/c. Vaksinasi dilakukan pada
3 kelompok mencit, masing-masing kelompok terdiri dari 5 mencit jantan dan 5
mencit betina. Kelompok pertama divaksinasi dengan purified protein MEVCoV19,
kelompok kedua dengan Supernatan ekstrak E.coli BL21 non transforman
dan kelompok ketiga dengan PBS sebagai kontrol. Pada ketiga kelompok mencit
tersebut dikombinasikan dengan adjuvan berupa alumunium fosfat dengan
perbandingan volume 1:1. Masing-masing perlakuan diadministrasikan secara subkutan.
Vaksinasi primer dilakukan pada hari ke-1, vaksinasi booster pertama pada
hari ke-14 dan vaksinasi booster ke- 2 pada hari ke-28. Pengambilan serum darah
dilakukan pada hari ke-0, hari ke-7, hari ke-21, dan hari ke-42. Eutanasi dan
nekropsi dilakukan pada hari ke-42 dengan pengambilan organ berupa limpa, ginjal,
hati dan jantung. Uji serum IgM dan IgG dilakukan dengan metode ELISA. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa pada hari ke-21 terjadi peningkatan konsentrasi
serum IgM spesifik MEV-CoV19 yang signifikan pada mencit jantan dan betina
yang divaksinasi kandidat vaksin jika dibandingkan dengan mencit yang
divaksinasi Supernatan ekstrak E.coli BL21 dan PBS, dan menurun pada hari ke-
42. Konsentrasi serum IgG spesifik MEV-CoV19 pada mencit jantan maupun
betina meningkat secara signifikan pada hari ke-21 dan 42 jika dibandingkan
dengan mencit yang divaksinasi Supernatan ekstrak E.coli BL21 dan PBS (p<0.05).
Hasil pengamatan histologi pada organ ginjal, jantung, hati pada ke-3 kelompok
mencit menunjukkan adanya inflamasi dan nekrosis dalam jumlah yang minimal
dan tidak signifikan berbeda antar kelompok perlakuan. Adapun hasil pengamatan
menunjukkan adanya perubahan yang terjadi pada jaringan limpa yang ditandai
dengan adanya pelebaran pulpa putih da pembentukan folikel sekunder pada
kelompok perlakuan MEV-CoV19 dan Supernatan ekstrak E.coli jika
dibandingkan dengan PBS. Dapat disimpulkan bahwa kandidat vaksin MEVCoV19
memiliki sifat imunogenik dan aman pada mencit BALB/c.