digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Alida Efthyani
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Alida Efthyani
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Alida Efthyani
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Alida Efthyani
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Alida Efthyani
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Alida Efthyani
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Alida Efthyani
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Alida Efthyani
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Sistem penghantaran oral merupakan sistem penghantaran yang banyak dikembangkan, tetapi rendahnya bioavailabilitas obat menjadi kendala. Oleh karena itu, dikembangkan eksipien atau pembawa untuk meningkatkan bioavailabilitas, salah satunya dengan protein. Protein LSMT (Light Sub-Unit Mushroom Tyrosinase) merupakan sub-unit ringan dari enzim tirosinase jamur kancing (Agaricus bisporus). Enzim tirosinase yang berupa protein tetramer terdiri atas dua sub-unit berat (sub-unit H) dan dua sub-unit ringan (sub-unit L). Kedua sub-unit ini memilki perbedaan aktivitas, sub-unit H menunjukan aktivitas sebagai enzim tirosinase, tetapi sub-unit L, yaitu LSMT, tidak memilikinya. Protein LSMT memiliki struktur menyerupai lektin dan homolog dengan protein HA 33 dari Clostridium botulinum dan CNL dari Clitocybe nebularis yang telah digunakan sebagai pembawa untuk meningkatkan bioavailabilitas obat. Struktur yang dimiliki lektin dapat berinteraksi dengan struktur terglikosilasi pada permukaan epitel usus halus sehingga memicu endositosis atau transitosis. Tetapi, dalam penggunaan protein, terdapat faktor yang dapat memberikan pengaruh negatif, yaitu imunogenisitas serta toksisitas protein. Sebagai tahap awal, untuk memastikan keamanan penggunaannya, respons hewan percobaan terhadap protein LSMT dievaluasi setelah dilakukan pemberian melalui rute intraperitoneal, untuk menghindari kompleksitas absorbsi per oral, setiap satu minggu sekali selama 12 minggu. Pengamatan beberapa parameter dilakukan, meliputi, bobot badan, serum IgG, indeks organ dan histologi organ. Analisis dengan metode Dot Blot dilakukan untuk mengevaluasi terbentuknya antibodi IgG sebagai respons imun terhadap pemberian LSMT. Setelah minggu ke-12, hewan dinekropsi dan dilakukan isolasi lima organ utama, hati, limpa, jantung, paru-paru, dan ginjal untuk penentuan indeks organ dan observasi mikroskopik. Berdasarkan analisis statistik menggunakan Independent-Samples T Test untuk bobot badan dan indeks organ, dengan signifikansi p<0,05, tidak terdapat perbedaan bermakna antara bobot badan serta indeks organ hewan uji dengan kontrol. Berdasarkan analisis dengan metode Dot Blot, tidak terdapat antibodi (IgG) yang dapat mengenali LSMT secara spesifik. Berdasarkan observasi mikroskopik, tidak terdapat perbedaan hasil histologi kelima organ tersebut pada hewan uji dan hewan kontrol.