digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Frederic Steven
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Frederic Steven
PUBLIC Resti Andriani

BAB 2 Frederic Steven
PUBLIC Resti Andriani

BAB 3 Frederic Steven
PUBLIC Resti Andriani

BAB 4 Frederic Steven
PUBLIC Resti Andriani

BAB 5 Frederic Steven
PUBLIC Resti Andriani

BAB 6 Frederic Steven
PUBLIC Resti Andriani

BAB 7 Frederic Steven
PUBLIC Resti Andriani

PUSTAKA Frederic Steven
PUBLIC Resti Andriani

Penelitian ini mengintegrasikan metode gravitasi, geokimia, dan mineralogi sebagai suatu kombinasi yang efisien dan hemat biaya untuk prospeksi endapan emas primer di area yang terbatas akan informasi geologi. Area Kuta Usang di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara merupakan target penelitian yang diduga memiliki endapan emas primer. Hal ini terlihat dari kehadiran tambang rakyat dengan metode gophering dan pendulangan di area hulu sungai. Oleh karena itu peta complete bouguer anomaly (CBA) dari data gravitasi yang bersifat open access seperti Global Gravity Model Plus (GGMPlus) diinterpretasi untuk mengindentifikasi sumber anomali gravitasi lokal yang berelasi dengan endapan emas, seperti patahan dan batuan intrusif. Identifikasi tersebut dilakukan mengekstraksi nilai tinggi Total Horizontal Derivative (THD) dan Analytic Signal (AS). Selanjutnya, ekstraksi tersebut dikombinasikan dengan penarikan garis dari batas kontras gravitasi yang ditunjukkan oleh peta residual CBA, serta informasi geologi regional untuk menentukan lokasi sampling rock chip dan konsentrat dulang. Peta yang telah dihasilkan berhasil mengidentifikasi keberadaan patahan dan intrusi granit di sejumlah titik yang dibuktikan saat kegiatan sampling pada 28 lokasi. Dari kegiatan tersebut, dilakukan pengamatan petrografi, uji X-Ray Diffraction (XRD), dan uji XRay Fluorescence (XRF) pada sampel rock chip. Hasil dari ketiganya menunjukkan alterasi di area ini terjadi akibat berkembangnya rekahan di dalam batuan, kemudian terisi oleh mineral karbonat seperti dolomite dan calcite, serta mineral alterasi lainnya seperti sericite, epidotee, dan minor chlorite. Disamping itu, mineralisasi sulfida terjadi setelah mineral alterasi pengisi rekahan tergantikan oleh mineral sulfida seperti pyrite, sphalerite, galena, dan minor chalcopyrite. Pengkayaan emas dan perak dari sampel yang terkayakan oleh mineral sulfida didukung oleh uji Atomic Absorption Spectrometry (AAS) dan kolorimetri dengan kadar Au di atas 2 ppb dan kadar Ag di atas 3 ppm. Dari uji tersebut teridentifikasi dua lokasi yang memiliki kadar Au di atas 3 ppm dan kadar Ag 20 ppm, pada litologi sekis mika dan filit teroksidasi. Berdasarkan pengamatan SEM-EDS, AuAg terkayakan dalam bentuk electrum pada sekis mika tersebut setelah menggantikan pyrite. Selain itu, timah hadir dalam mineralisasi emas ini sebagai mineral aksesoris berupa cassiterite yang juga menggantikan pyrite. Hal tersebut juga didukung dengan teridentifikasinya cassiterite pada sejumlah titik sampel dulang sungai. Ditinjau dari peta hasil ekstraksi nilai tinggi AS dan THD, kedua lokasi berkadar Au-Ag tinggi tersebut berada di tepi zona THD tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa lokasi pengkayaan Au-Ag berkadar tinggi berada di luar zona patahan utama.