Hierarchical Data Format version 5 (HDF5) merupakan salah satu format
penyimpanan data yang fitur seperti skalabilitas tinggi, kecepatan dan kemudahan
akses, dan modifikasi metadata yang fleksibel. Fitur yang dimiliki oleh HDF5
dimanfaatkan oleh International Hydrographic Organization (IHO) sebagai salah
satu standar penyimpanan data S-100 untuk data batimetri, ketinggian muka air laut,
dan arus permukaan. Pada penelitian ini metode konversi data oseanografi ke HDF5
dilakukan dengan menggunakan format S-100 IHO. Data yang digunakan yaitu
batimetri dari Batimetri Nasional (Batnas), data elevasi muka air laut, dan
kecepatan arus permukaan dari hasil pemodelan MITgcm di Karimunjawa.
Konversi dilakukan ke HDF5 menggunakan format S-102, S-104, dan S-111
menggunakan bahasa pemrograman Python. Data yang telah dikonversi akan
divalidasi dengan membandingkan nilai setelah konversi dengan data asli. Metode
yang digunakan yaitu perata-rataan data, melakukan perbandingan data satu
persatu, dan menggunakan metode hash. Setelah itu, data akan dibandingkan secara
visual menggunakan aplikasi KHOA S-100 Viewer sebagai aplikasi templat bagi
data S-100. Hasil penelitian menunjukan bahwa perubahan nilai pada data terjadi
kurang dari 1%, hal ini terjadi karena perubahan tipe data dari data asli dengan tipe
data yang digunakan oleh S-100. Perubahan data teramati pada data S-104 dan S111,
namun perubahan data tidak terjadi pada data S-102 karena tipe data yang
digunakan oleh sumber data maupun S-100 sama. Secara kualitatif, kedua data
dapat terlihat sama selama memiliki skala warna yang sama. Dapat diamati juga
bahwa terjadi efisiensi ukuran dari data setelah dikonversi ke HDF5.
Pengembangan pembuatan data S-100 dapat dilakukan dengan melakukan
pengetesan data pada Electronic Chart Display and Information System (ECDIS)
agar lebih memahami kekurangan dari pembuatan data.