Bisnis keluarga adalah salah satu tipe bisnis terbanyak di Indonesia. Jumlah yang sangat tinggi ini berpengaruh terhadap perekonomian di Indonesia. Terbutkti pada tahun 2023 kontrubusi bisnis keluarga ini adalah 10% kepada GDP. Dengan kontribusi yang besar, bisnis keluarga ini diharapkan tidak mengalami kegagalan.
Salah satu concern untuk mempertahankan bisnis keluarga adalah dengan mengelola inventori manajemen yang baik. Karena kita tahu bahwa inventory manajemen is sangat penting karena mempunyai dampak kepada finansial. Untuk menghindari kerugian finansial, perusahaan harus mampu menyeimbangkan inventori dengan permintaan karena ketika terjadi stok yang berlebih maka beresiko stok akan rusak dan menjadi deadstock.
Penelitian ini bertujuan mencakup proses pembangunan Inventory Manajemen Sistem berbasis website sebagai solusi permasalahan inventory yang dialami Tio Jaya. Pembangunan sistem ini menggunakan pendekatan Software Developtment Life Cycle (SDLC). Pendekatan ini dipilih dikarenakan memiliki karakteristik yang testruktur sehingga setiap phase nya dilakukan dengan fokus juga melibatkan seluruh aspek penting dalam perusahaan. Penerapan SDLC dalam penelitian ini dilakukan sampai fase ke-tiga yaitu planning, analysis, dan desain. Pada fase implementasi, testing, deployment, maintenance and report akan dilakukan oleh tim IT. Sebagai alasannya adalah karena pada fase-fase tersebut dibutuhkan kemampuan khusus di bidang IT.
Hasil dari penelitian ini adalah permasalahan stok rusak menjadi deadstock ini diakibatkan oleh penentuan jumlah pembelanjaan ke supplier yang salah dan tidak adanya data yang dapat menjadi dasar dari pengambilan keputusan itu. Dari tindakan tersebut diketahui bahwa Tio Jaya mengalami persediaan yang berlebih. Persediaan berlebih ini mendatangkan potensi barang tersimpan di gudang terlalu lama hingga rusak.
Pembangunan website-based IMS ini juga fokus mengembangkan fitur-fitur yang dapat membantu mengatasi permasalahan deadstock Tio Jaya. Fitur yang penting dalam IMS ini adalah sistem mampu mengolah data menjadi tampilan grafik penjualan, mengklasifikasi produk populer dan tidak populer, melakukan peramalan permintaan, menentukan reorder points, dan memberikan fitur notifikasi tingkat persediaan. Perlu diperhatikan, permasalahan deadstock tidak hanya dapat diatasi dengan pengembangan sistem saja tapi namun perusahaan juga harus menerapkan Warehouse Standard
Operating Procedures supaya para pekerjanya juga berkompeten untuk menangan produknya sendiri. Selain itu, pengembangan sistem ini memerlukan biaya, tenaga, dan waktu.