Peningkatan pesan antar makanan di Indonesia menyebabkan penumpukan limbah plastik sintetis. Penumpukan tersebut mencemari lingkungan karena dapat menghasilkan mikroplastik. Solusi alternatifnya adalah menggunakan kemasan makanan berbasis kertas karton. Namun, kertas karton komersil masih dilapisi oleh plastik sintetis untuk meningkatkan ketahanan airnya. Penelitian ini mengeksplorasi potensi dari pelapis berbasis pati/lilin lebah sebagai pengganti pelapis sintetis pada karton. Pelapis pati/lilin lebah memiliki keunggulan utama yaitu bersifat tahan air dan biodegradable. Pembuatan pelapis pati/lilin lebah dilakukan dengan mencampurkan emulsi lilin lebah dengan larutan pati tergelatinasi. Dalam pembuatan larutan tersebut terdapat tiga parameter yang dioptimasi pada yaitu waktu gelatinasi (1; 3; 5; 7; dan 9 menit), komposisi lilin lebah (2,5; 5; 10; 15; dan 20%), dan komposisi gliserol (5; 10; 15; 20; 25; dan 30%). Pengujian sudut kontak dilakukan untuk mengetahui ketahanan air dan minyak, serta uji biodegradasi untuk melihat biodegradability dari pelapis yang dihasilkan. Pengujian viskositas, pengamatan visual, SEM, dan FTIR dilakukan untuk mendukung analisis dari penelitian ini. Pengujian tersebut juga dilakukan pada tiga kemasan makanan komersil sebagai benchmark. Berdasarkan hasil penelitian ini, 5 menit merupakan waktu gelatinasi optimum yang menghasilkan sudut kotak air/minyak sebesar 101,8o dan 31,9o secara berurutan. Komposisi lilin lebah optimum berada pada 5% lilin lebah dengan sudut kontak air/minyak sebesar 104,1o dan 48,4o secara berurutan. Komposisi gliserol 25% menghasilkan pelapis yang memiliki sudut kontak air/minyak sebesar 94,84o dan 49,5o, massa sisa 42,9% setelah 21 hari, dan minim retakan. Oleh karena itu, sampel dengan waktu gelatinisasi 5 menit, 5% lilin lebah, dan 25% gliserol dipilih sebagai sampel optimum dengan performa yang lebih baik dibandingkan kemasan makanan komersial.