digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_I'TIYA NATIJATUL HUSNA
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Sampah organik merupakan komponen mayoritas sampah rumah tangga di Kota Bandung yang dapat menimbulkan dampak negatif tanpa pengelolaan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat preferensi masyarakat Kota Bandung untuk mengolah sampah organik di sumber, pengaruh faktor pengetahuan, persepsi, sikap, dan ketersediaan sarana dengan preferensi, serta metode pengolahan yang paling umum dipilih. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan instrumen kuesioner. Sampel penduduk asli dikumpulkan dengan teknik proportionate stratified random sampling, sedangkan sampel penduduk pendatang dengan snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 32% responden melakukan pemilahan di sumber dan hanya 12% responden mengolah sampah organik di sumber. Sejumlah 66% responden memiliki tingkat pengetahuan yang cukup, skor rata-rata sikap 4,11, skor rata-rata persepsi 4,24, dan skor rata-rata ketersediaan sarana 2,39. Mayoritas responden (48,70%) memiliki preferensi yang sedang, 33,16% memiliki preferensi tinggi, dan 18,13% memiliki preferensi rendah untuk mengolah sampah organik di sumber. Berdasarkan uji regresi linear ganda, variabel sikap dan ketersediaan sarana memiliki pengaruh positif signifikan dengan preferensi masyarakat mengolah sampah organik di sumber (signifikansi < 0,05 dan thitung > ttabel). Variabel yang paling berpengaruh terhadap preferensi masyarakat mengolah sampah organik rumah tangga di sumbernya adalah sikap dengan nilai beta terbesar, yaitu 0,4788. Metode pengolahan sampah organik di sumber yang paling banyak dipilih responden adalah pengomposan dengan tong atau ember (55%). Rekomendasi strategi TOWS pengolahan sampah organik rumah tangga terdiri dari strategi intervensi sikap dan ketersediaan sarana. Implementasi skenario rekomendasi pengelolaan moderat direncanakan selama 15 tahun hingga tahun 2039 dengan proyeksi timbulan sampah organik rumah tangga sebesar 281.520 ton/tahun. Pada akhir tahun 2039, implementasi memungkinkan pengurangan hingga 23,90% atau sebesar 63.239 ton/tahun sampah organik rumah tangga di Kota Bandung melalui pengolahan di sumber serta reduksi emisi karbon hingga 23.458 ton CO2e/tahun dengan adanya reduksi emisi CH4 di TPA.