digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Mikroalga merupakan mikroorganisme perairan yang memiliki banyak manfaat karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, mengandung senyawa bioaktif, dan mampu hidup pada kondisi lingkungan yang ekstrim. Walaupun menawarkan banyak manfaat, namun produksi mikroalga dalam skala industri membutuhkan biaya operasional yang tinggi untuk kebutuhan medium kultivasi mikroalga. Anaerobically digested dairy manure wastewater (ADDMW) merupakan limbah kotoran sapi yang telah diolah dalam produksi biogas. Kandungan nitrogen yang tinggi pada ADDMW menyebabkan limbah ini berpotensi untuk digunakan sebagai medium kultivasi mikroalga. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau potensi ADDMW sebagai substitusi medium sintetis untuk kultivasi campuran Spirulina platensis dan Haematococcus pluvialis serta akumulasi protein, astaxanthin, dan fikosianin. Penelitian dilakukan dengan variasi penambahan limbah ADDMW terhadap medium Zarrouk dengan konsentrasi 0%, 50%, dan 100%. Mikroalga kultur campuran dikultivasi selama 20 hari pada suhu 25±2oC, intensitas cahaya 2100 lux, fotoperiodisme 16:8 terang:gelap, dan aerasi 0,5 L/menit. Sampel mikroalga diambil setiap dua hari untuk penentuan laju pertumbuhan mikroalga berdasarkan berat kering, penentuan kadar protein dengan metode Bradford, kadar astaxanthin dengan high performance liquid chromatography (HPLC), dan kadar fikosianin dengan spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi limbah ADDMW 50% merupakan yang paling optimal untuk kultivasi mikroalga kultur campuran dengan laju pertumbuhan spesifik 0,087/hari, kadar protein, astaxanthin, dan fikosianin secara berturut-turut sebesar 0,91±0,72%, 15,48±3,35 µg/g, dan 2,26±0,97 mg/g. Hasil proses scaling-up pada open raceway pond menunjukkan adanya peningkatan kadar protein sebesar 4,5x lipat dan penurunan kadar astaxanthin dan fikosianin secara berturut-turut sebesar 66% dan 76%. Kesimpulan pada penelitian ini adalah penambahan limbah ADDMW berpotensi mensubstitusi medium Zarrouk untuk produksi protein, namun belum mampu mensubstitusi medium Zarrouk untuk produksi astaxanthin dan fikosianin