digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Hanifa Juliana
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 1 Hanifa Juliana
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 2 Hanifa Juliana
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 3 Hanifa Juliana
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 4 Hanifa Juliana
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 5 Hanifa Juliana
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 6 Hanifa Juliana
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

PUSTAKA Hanifa Juliana
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

LAMPIRAN Hanifa Juliana
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

Metropolitan Bandung Raya sebagai salah satu Kawasan Strategis Nasional telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir. Jumlah penduduk yang semakin bertambah menyebabkan pembangunan terdorong ke arah pinggiran kawasan perkotaan inti sehingga struktur ruang metropolitan turut berubah. Hal ini menyebabkan fenomena ketidakcocokan spasial (spatial mismatch) di mana wilayah tempat tinggal tidak mampu mengakomodasi kegiatan sehari-hari sehingga penduduk harus melakukan komutasi ke wilayah lain. Di sisi lain, perbedaan derajat dan pola pengembangan masing-masing wilayah di Bandung Raya juga mendorong interaksi spasial antar wilayah yang sifatnya fungsional, salah satunya dalam bentuk aliran komuter. Pergerakan komuter yang besar berpotensi menyebabkan masalah multidimensi pada ruang wilayah, sehingga dibutuhkan pendekatan yang komprehensif melalui intervensi struktur ruang. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dengan dua tahap analisis untuk mengidentifikasi bentuk hubungan antara struktur ruang metropolitan dengan pola komutasi yang terjadi. Analisis tahap pertama bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik struktur ruang Metropolitan Bandung Raya melalui analisis spasial dengan mengevaluasi struktur ruang eksisting. Analisis tahap kedua bertujuan untuk mengidentifikasi pola komutasi yang dipengaruhi oleh struktur ruang tersebut melalui analisis spasial dan statistik deskriptif. Dari penelitian ini diketahui bahwa struktur ruang Metropolitan Bandung Raya telah mengalami dekonsentrasi ke wilayah pinggiran di sekitarnya, namun dominasi inti kota tetap terjadi. Struktur ruang yang demikian menyebabkan mayoritas aliran komuter bergerak dari wilayah kabupaten ke kota, dengan bangkitan tertinggi berasal dari Kabupaten Bandung dan tariikan tertinggi dari Kota Bandung. Pusat kegiatan komuter terutama ada di PPK Alun-alun yang meliputi Kecamatan Sumur Bandung, Lengkong, Regol, Astana Anyar, Andir, dan Cicendo.