digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - R. D. A. BESYA FAIRDIAN
PUBLIC Irwan Sofiyan

Indra penglihatan merupakan indra yang paling dominan dalam diri manusia. Kehilangan kemampuan pada indra ini dapat mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia. Dalam penelitian Marston & Golledge (2003) diperlihatkan bahwa mayoritas peserta yang memiliki gangguan penglihatan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas serta keinginan terpendam untuk melalukan lebih banyak perjalanan secara mandiri dan menggunakan transportasi. Jalur pemandu berupa ubin taktil merupakan salah satu prasarana yang berfungsi untuk membantu manusia mendapatkan kembali kemampuan mereka untuk “melihat”. Pemasangan ubin taktil yang awalnya hanya pada trotoar atau luar ruangan kemudian dilanjutkan sampai pada dalam ruangan publik, termasuk Stasiun MRT Jakarta. Peletakan ubin taktil di dalam ruang publik seharusnya berbeda dengan peletakan di luar ruangan, terutama karena aspek spasial yang berbeda dan lebih kompleks arah tujuannya. Ruang publik tertutup, seperti stasiun MRT, harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan semua penggunanya, termasuk penyandang disabilitas low vision. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan jalur pemandu berupa ubin taktil bagi disabilitas low vision pada Stasiun MRT Jakarta ASEAN untuk stasiun elevated dan Stasiun MRT Bendungan Hilir untuk stasiun underground. Penelitian juga bertujuan untuk mengetahui persepsi disabilitas low vision, untuk memberikan rekomendasi jalur pemandu yang dapat mengakomodasi kemandirian mobilisasi disabilitas low vision. Penelitian mengambil pendekatan kualitatif dengan melakukan peninjauan pada peraturan – peraturan di Indonesia dan negara lain sebagai acuan. Dilakukan pula peninjauan pada stasiun serupa di negara lain untuk memberikan perspektif peletakan jalur pemandu. Data terkait persepsi disabilitas low vision didapatkan melalui proses wawancara pada disabilitas low vision, yang bekerja sama dengan Komloving. Wawancara ini menjadi bagian dari keterlibatan publik dalam pengadaan fasilitas publik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peletakan jalur pemandu berupa ubin taktil eksisting masih berdasarkan perspektif disabilitas totally blind, dimana pada kedua stasiun serupa, yaitu terdapat peletakan pada area lift, ujung tangga, serta ubin pengarah menuju toilet disabilitas, mesin tiket otomatis, serta area pintu keluar dan masuk gerbong MRT pada platform. Pada area platform, peletakan hanya di sekitar iii akses lift dan 4 pintu keluar – masuk gerbong terdekat dari arah lift. Kemudian, terdapat beberapa fasilitas lain seperti musala dan area komersil yang berlum terdapat ubin pengarahnya. Terdapat perbedaan signifikan pada warna, yaitu kuning untuk Stasiun ASEAN dan abu – abu gelap pada Stasiun Bendungan Hilir. Dalam hasil wawancara, didapatkan kesimpulan bahwa penggunaan ubin taktil oleh disabilitas low vision hanya pada kontras warna tanpa melihat bentuk atau pattern-nya, berbeda dengan disabilitas totally blind yang melihat jenis bentuknya. Oleh karena itu, perlu adanya perbedaan terkait jalur pemandu bagi disabilitas low vision dan totally blind. Selain itu, kontras warna pada Stasiun Bendungan Hilir masih belum terlihat, dikarenakan penggunaan ubin sekitar yang masih serupa dengan warna ubin taktil. Berdasarkan hasil wawancara serta peninjauan pada peraturan dan stasiun serupa, didapatkan bahwa peletakan jalur pemandu eksisting sudah cukup baik, namun terdapat potensi pengembangan yang dapat dilakukan. Rekomendasi jalur pemandu pada Stasiun MRT Jakarta diantaranya dengan memberikan pemandu ke fasilitas pada area concourse serta peletakan pemandu menuju area tangga dan eskalator, yang masih digunakan oleh disabilitas low vision, untuk mendukung kemandirian mobilitas. Jalur pemandu untuk ke area tangga dan eskalator dapat menggunakan ubin dengan warna yang serupa dengan ubin taktil untuk memberikan kesan konsisten dan harus kontras dengan ubin disekitarnya. Jalur pemandu untuk ke area fasilitas yang berpotensi digunakan, seperti musala dan area komersil dapat menggunakan ubin taktil agar disabilitas totally blind dapat menuju area tersebut sebagai bagian dari fasilitas penunjang stasiun.