digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_ADELIA PARAMESTI ZAHRA
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Air minum merupakan salah satu komponen utama yang mencapai 70% dalam tubuh manusia. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh BPS pada Maret 2023 lalu menyatakan bahwa sebanyak 40.64% rumah tangga di Indonesia bergantung pada air kemasan/isi ulang sebagai sumber air minumnya. Air minum kemasan atau isi ulang di Indonesia biasa tersebar dengan menggunakan wadah berbahan dasar plastik polikarbonat (PC) atau polyethylene terephthalate (PET) yang mengandung berbagai bahan kimia dan berpotensi termigrasi ke air minum. Terdapat beberapa faktor yang dicurigai dapat mempengaruhi migrasi BPA ke air minum, yaitu suhu penyimpanan, material galon, pH air minum, serta lama pemakaian galon. Untuk memastikan hal tersebut, dilakukan penelitian migrasi BPA pada air minum dalam kemasan galon yang diberi dua perlakuan. Pertama, kemasan galon disimpan di ruang tertutup yang terhindar dari paparan sinar matahari. Kedua, kemasan galon disimpan di luar ruangan yang terpapar sinar matahari selama 7 jam selama 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan terdapat konsentrasi BPA pada air minum dalam kemasan galon sebesar 0,006 ppm pada galon dalam ruangan dan 0,006 hingga 0,051 ppm pada galon yang disimpan di luar ruangan. Selain itu, dilakukan analisis terhadap risk quotient (RQ) untuk mengetahui potensi bahaya akibat migrasi BPA pada air minum. Berdasarkan nilai acuan dari BPOM dan US EPA, diketahui bahwa nilai RQ masih berada di bawah 1. Meski begitu, migrasi BPA pada air minum tetap harus diwaspadai karena dapat menimbulkan masalah kesehatan, seperti penyakit jantung, penyakit pada sistem reproduksi, serta gangguan hormon.