Perubahan morfologi menyebabkan penjalaran gelombang pasang surut dari
perairan dalam memasuki perairan dangkal mengalami distorsi yang
mengakibatkan durasi maupun kekuatan yang berbeda antara pasang dengan surut,
yang kemudian disebut sebagai asimetri pasang surut. Sementara itu, di perairan
perairan semi tertutup (teluk) terdapat proses pertukaran antara air dari laut lepas
dan air di dalam teluk yang dapat dikuantifikasi sebagai waktu pembilasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkuantifikasi asimetri pasang surut dan waktu
pembilasan di Teluk Buli serta mengkaji korelasi di antara keduanya. Asimetri
pasang surut dihitung menggunakan metode statistik dan waktu bilas dihitung
berdasarkan volume air yang keluar ketika surut. Penelitian ini menghasilkan skor
asimetri di Teluk Buli sebesar ??????? menandakan bahwa Teluk Buli memiliki
tipe asimetri dominansi surut. Selain itu, tipe asimetri di Teluk Buli bersifat
homogen atau tidak bervariasi secara spasial. Teluk Buli memiliki waktu bilas
selama ??? hari ketika pasang purnama dan ???? hari ketika pasang perbani, artinya
terjadi pembilasan yang sempurna ketika pasang purnama sedangkan ketika pasang
perbani pembilasan yang terjadi tidak sempurna. Meskipun arah korelasi antara
skor asimetri tidak sesuai hipotesis awal, namun berdasarkan kekuatan korelasi
????? untuk kondisi purnama + perbani menghasilkan nilai ??? ? ???? tergolong
korelasi sedang, atau terdapat hubungan yang substansial antara skor asimetri
dengan waktu bilas. Sementara pada kondisi pasang purnama nilainya turun
menjadi ??? ? ???? masih tergolong korelasi sedang dan untuk kondisi pasang
perbani nilai korelasinya naik menjadi ??? ? ????? tergolong korelasi kuat, terdapat
hubungan yang signifikan antara skor asimetri dengan waktu bilas ketika pasang
perbani. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa asimetri pasang surut berperan
dalam fenomena pembilasan yang terjadi di Teluk Buli.