Daerah potensi tangkapan ikan dipengaruhi oleh beberapa parameter oseanografi
diantaranya Suhu Permukaan Laut (SPL) dan kelimpahan klorofil-a. Parameter
suhu dan klorofil-a merupakan indikator upwelling dan menentukan kondisi
optimal untuk daerah tangkapan ikan. Perairan utara papua merupakan bagian dari
Wilayah Pengelolaan Perikanan RI (WPPNRI) 717 yang memiliki potensi
tangkapan ikan yang besar, menyuplai lebih dari 25% hasil tangkapan tuna dunia
yang salah satunya didominasi oleh ikan madidihang (Thunnus albacares). Tujuan
dari penelitian ini adalah mendeteksi daerah potensi tangkapan ikan di perairan
utara Papua dengan parameter utama Suhu Permukaan Laut (SPL) dan klorofil-a
menggunakan machine learning serta menguji akurasi metode machine learning
untuk memprediksi daerah tangkapan ikan. Penelitian ini menggunakan data
tangkapan purse seine ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) di wilayah
Pasifik Selatan dari tahun 2003-2022, yang diperoleh dari situs WCPFC. Data SPL
dan konsentrasi klorofil-a pada rentang waktu 20 tahun (2003-2022) berasal dari
citra satelit Aqua MODIS Level 3 yang diunduh dari situs OceanColor. Deteksi
potensi daerah tangkapan ikan di perairan utara Papua menggunakan parameter SPL
dan klorofil-a terbukti cukup efektif. Peta prediksi menunjukkan keberadaan ikan
yang dominan di perairan sekitar utara Jayapura hingga Papua Nugini. Sebaran
potensi tangkapan ikan madidihang sesuai dengan kriteria SPL di perairan hangat
dengan rentang suhu 28°C-32°C. Konsentrasi klorofil-a juga sesuai dengan kondisi
optimal untuk keberadaan ikan madidihang, yaitu sekitar 0,1 hingga 1,41 mg/m³.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi SPL dan konsentrasi klorofil-a
memberikan indikator yang kuat. Metode machine learning dengan algoritma
decision tree classifier menunjukkan hasil akurasi yang baik dengan rata-rata
mencapai 0,79. Meskipun demikian, prediksi masih kurang sesuai dengan peta
tangkapan aktual.