digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Transportasi kereta api memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat namun juga memiliki banyak risiko sehingga membutuhkan pengelolaan aset yang tepat. Risiko pada kereta api, seperti terjadinya kecelakaan dapat mengakibatkan kerusakan pada sarana dan infrastruktur kereta api bahkan menimbulkan korban jiwa. Salah satu faktor yang berkontribusi tinggi terhadap terjadinya gangguan operasional kereta api adalah kondisi infrastruktur jalan rel yang kurang baik. Oleh karena itu, peningkatan kualitas kegiatan inspeksi jalan rel menjadi hal yang sangat penting dalam upaya mengurangi gangguan operasional dan meningkatkan keselamatan transportasi kereta api. Penelitian ini menganalisis risiko pada faktor jalan rel yang menyebabkan gangguan operasional kereta api menggunakan metodologi Risk Based Inspection (RBI), yang memprioritaskan dan mengelola program inspeksi berdasarkan nilai risiko. Penilaian risiko dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, di mana penilaian kualitatif didasarkan pada pengalaman dan penilaian subyektif ahli, sementara penilaian kuantitatif menggunakan data dan analisis kondisi kerusakan untuk estimasi nilai risiko yang lebih objektif. Studi kasus pada jalur kereta api Bangil - Probolinggo sepanjang 53 km dibagi menjadi 87 segmen menunjukkan bahwa 21 segmen memiliki nilai risiko tinggi, dengan 11 segmen terkait kerusakan rel berupa squat. Penilaian risiko kuantitatif lebih lanjut mengidentifikasi 5 segmen dengan kerusakan squat yang memerlukan tindakan reduksi berupa penggantian rel untuk menurunkan nilai risiko. Rekomendasi strategi inspeksi yang dihasilkan dari penelitian ini berupa perubahan aktivitas dan interval inspeksi. Strategi ini melibatkan penggantian metode inspeksi jalan rel PPJ dan lokrit dengan penggunaan lori mobil (KPJ) untuk pemeriksaan jalan rel secara visual yang dilakukan dengan interval 12 jam. Sedangkan inspeksi siklus komponen jalan rel digantikan dengan inspeksi detail yang melibatkan penggunaan alat dan metode baru seperti Trackmaster dan Rail Flow Detector (RFD). Dengan strategi inspeksi ini didapatkan efisiensi kebutuhan biaya inspeksi jalan rel sebesar Rp 552.479.643 per tahun dengan peningkatan nilai reliability komponen jalan rel rata-rata sebesar 34%.