Transportasi kereta api memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat namun juga
memiliki banyak risiko sehingga membutuhkan pengelolaan aset yang tepat. Risiko
pada kereta api, seperti terjadinya kecelakaan dapat mengakibatkan kerusakan pada
sarana dan infrastruktur kereta api bahkan menimbulkan korban jiwa. Salah satu
faktor yang berkontribusi tinggi terhadap terjadinya gangguan operasional kereta
api adalah kondisi infrastruktur jalan rel yang kurang baik. Oleh karena itu,
peningkatan kualitas kegiatan inspeksi jalan rel menjadi hal yang sangat penting
dalam upaya mengurangi gangguan operasional dan meningkatkan keselamatan
transportasi kereta api.
Penelitian ini menganalisis risiko pada faktor jalan rel yang menyebabkan
gangguan operasional kereta api menggunakan metodologi Risk Based Inspection
(RBI), yang memprioritaskan dan mengelola program inspeksi berdasarkan nilai
risiko. Penilaian risiko dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, di mana penilaian
kualitatif didasarkan pada pengalaman dan penilaian subyektif ahli, sementara
penilaian kuantitatif menggunakan data dan analisis kondisi kerusakan untuk
estimasi nilai risiko yang lebih objektif. Studi kasus pada jalur kereta api Bangil -
Probolinggo sepanjang 53 km dibagi menjadi 87 segmen menunjukkan bahwa 21
segmen memiliki nilai risiko tinggi, dengan 11 segmen terkait kerusakan rel berupa
squat. Penilaian risiko kuantitatif lebih lanjut mengidentifikasi 5 segmen dengan
kerusakan squat yang memerlukan tindakan reduksi berupa penggantian rel untuk
menurunkan nilai risiko.
Rekomendasi strategi inspeksi yang dihasilkan dari penelitian ini berupa perubahan
aktivitas dan interval inspeksi. Strategi ini melibatkan penggantian metode inspeksi
jalan rel PPJ dan lokrit dengan penggunaan lori mobil (KPJ) untuk pemeriksaan
jalan rel secara visual yang dilakukan dengan interval 12 jam. Sedangkan inspeksi
siklus komponen jalan rel digantikan dengan inspeksi detail yang melibatkan
penggunaan alat dan metode baru seperti Trackmaster dan Rail Flow Detector
(RFD). Dengan strategi inspeksi ini didapatkan efisiensi kebutuhan biaya inspeksi
jalan rel sebesar Rp 552.479.643 per tahun dengan peningkatan nilai reliability
komponen jalan rel rata-rata sebesar 34%.