digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Rina Yulianti Jaya
PUBLIC Alice Diniarti

Pertumbuhan dan pertambahan penduduk di perkotaan menjadi fenomena yang terjadi secara global. Jumlah penduduk di Kota Bandung pada tahun 2023 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 0,99%, sehingga kepadatan penduduk di Kota Bandung mencapai 15200 jiwa/km2. Penggunaan lahan di Kota Bandung didominasi oleh pemukiman, industri, perdagangan, dan perkantoran. Sebesar 96% kebutuhan pangannya dipenuhi dari luar daerah Kota Bandung . Melihat fenomena tersebut, untuk memastikan ketersediaan, ketahanan, dan kemandirian pangan, Pemerintah Kota Bandung memulai urban farming terintegrasi yang disebut "Program Buruan Sae" yaitu kegiatan yang mengintegrasikan beberapa sektor di antaranya pembibitan, budidaya tanaman sayuran, tanaman buah, dan tanaman obat, peternakan, perikanan, pengolahan hasil, dan pengolahan sampah. Pelaksanaan Program Buruan Sae merupakan salah satu solusi untuk ketahanan dan ketersediaan pangan, keterbatasan lahan, dan pengolahan sampah di Kota Bandung. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, kuesioner, dan studi pustaka. Metode pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan teknik stratified sampling, purposive sampling, dan snowball sampling. Analisis keberlanjutan menggunakan teknik ordinasi modifikasi Rap-Ur-Agri (Rapid Appraisal for Urban Agriculture) dengan metode MDS (Multidimensional Scaling). Faktor internal dan eksternal usaha diidentifikasi dengan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) yang kemudian dijadikan dasar dalam perumusan strategi dengan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Pada tahap penentuan prioritas strategi pengembangan Program Buruan Sae dilakukan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Hasil penelitian menunjukan status keberlanjutan Program Buruan Sae di Kota Bandung termasuk kedalam kategori cukup berkelanjutan pada dimensi ekonomi (53,81%), sosial (74,40%), dan kelembagaan (53,44%). Kemudian untuk dimensi ekologi (90,20%) dan teknologi (88,21%) termasuk kedalam kategori sangat berkelanjutan. Didapatkan dua belas strategi alternatif strategi pengembangan untuk meningkatkan keberlanjutan Program Buruan Sae, dengan lima strategi prioritas, yaitu 1.) kolaborasi antar pihak dalam membuat layanan komunikasi atau platform pemasaran online untuk menghubungkan produsen dengan konsumen, 2.) membangun jaringan komunikasi antar pengelola, lembaga pendanaan, Pemerintah Kota Bandung , rukun tetangga (RT) / rukun warga (RW) dan masyarakat melalui sharing informasi secara rutin, 3.) penerapan komunikasi terbuka dan penjadwalan secara rutin antara masyarakat dan pengelola, 4.) peningkatan kapasitas pengelolaan Program Buruan Sae melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan, dan 5.) peningkatan kapasitas pengelolaan hasil olahan yang melibatkan partisipasi masyarakat.