Konsentrasi CO2 di atmosfer cenderung meningkat dan berpotensi menyebabkan pemanasan global yang memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Sektor pembangkit menghasilkan CO2 terbesar dibandingkan dengan sektor lainnya. Di Indonesia, PT PLN berencana untuk menghentikan penggunaan PLTU mulai pada tahun 2030. Namun, skenario lain menunjukkan bahwa PLTU batu bara akan terus digunakan setidaknya hingga tahun 2050. Pembakaran bersama memiliki potensi untuk mengurangi emisi PLTU batu bara sekaligus mempertahankan penggunaannya. Beberapa studi menemukan bahwa pembakaran bersama amonia-batu bara dapat mengurangi emisi karbon dengan tingkat NOx yang sama dengan pembakaran batu bara pada parameter injeksi tertentu. Untuk pengembangan lebih lanjut, diperlukan fasilitas uji pembakaran untuk mengevaluasi efek dari pembakaran bersama amonia-batu bara. Meskipun demikian, fasilitas skala laboratorium masih sulit ditemukan, terutama di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk merancang fasilitas pembakaran bersama amonia dengan batu bara. Evaluasi injeksi amonia kemudian dilakukan menggunakan fasilitas yang telah dirancang. Evaluasi dilakukan dengan mensimulasikan empat lokasi injeksi amonia yang berbeda (burner bawah, tengah, atas, dan pembagian rata). Lokasi dengan emisi NO terendah kemudian akan digunakan untuk mensimulasikan efek dari rasio OFA mulai dari 10% hingga 50%
Burner yang dirancang memiliki kapasitas 100 kWth dan terdiri dari 4 saluran: udara sentral primer, sekunder dalam, dan sekunder luar. Sedangkan tungku yang dirancang memiliki kedalaman, lebar, dan tinggi sebesar 0,7 m, 0,5 m, dan 2,5 m. Tungku terdiri dari tiga burner dan enam port OFA dengan total input termal 300 kWth . Simulasi menunjukkan bahwa perbedaan lokasi injeksi amonia dan rasio OFA memengaruhi temperatur, aliran, dan spesies pembakaran. Injeksi bagian bawah menghasilkan emisi NO paling sedikit dan menunjukkan kinerja yang optimal ketika dikombinasikan dengan rasio OFA 20%.