Peningkatan konsentrasi karbon dioksida (CO?) di atmosfer akibat aktivitas manusia telah
menyebabkan perubahan iklim yang signifikan. Dalam menanggulangi pengurangan
emisi di bumi, IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) mengindikasikan
bahwa perlu mengurangi CO2 sebesar 2 hingga 20 giga ton CO2 pada tahun 2050. Oleh
sebab itu, dibutuhkan metode yang dapat menghilangkan karbon. Penelitian ini bertujuan
untuk mengeksplorasi potensi bittern garam, limbah dari industri pengolahan garam
untuk mineralisasi CO2 pada teknologi Direct Air Carbon Capture and Sequestration
(DACCS). Garam Bittern mengandung magnesium yang berpotensi untuk menangkap
CO?. Penelitian ini akan mengidentifikasi jenis absorben yang efektif untuk menangkap
CO? dan reaktif terhadap bittern. Selain itu, penelitian ini juga akan menganalisis kinerja
absorben dalam menangkap CO? dari udara, serta mengevaluasi efektivitas bittern dalam
menyimpan CO? yang telah ditangkap. Variasi pada percobaan penelitian ini akan
dilakukan dengan konsentrasi absorben yaitu 0,5 M dan 1 M dengan laju alir udara
sebesar 76 Liter/detik dan 92 Liter/detik. yang melibatkan direct air capture, chittick
apparatus, mineralisasi, XRF, dan XRD untuk pengujian sampel. Peningkatan
konsentrasi NaOH dari 0,5 M menjadi 1 M menyebabkan peningkatan laju penyerapan
CO2 berturut-turut sebesar 36,4%.dan 72,4% pada variasi 76 Liter/detik dan 92
Liter/detik. Peningkatan laju aliran udara sebesar 21,05% menyebabkan penurunan laju
penyerapan sebesar 12,12% pada konsentrasi NaOH 0,5 M dan peningkatan sebesar 10%
pada konsentrasi NaOH 1 M. Larutan bittern terbukti dapat digunakan untuk melakukan
mineralisasi CO2. MgSO4, dan CaCl2 juga memberikan kontribusi positif, tetapi MgCl2
memiliki dampak paling signifikan. Sedangkan NaCl cenderung menghambat
mineralisasi. Peningkatan konsentrasi 0,25 hingga 0,5 mol/liter MgCl2 menyebabkan
peningkatan efisiensi mineralisasi CO2 hingga 73,7%. Namun, CaCl2 dapat bersaing
dengan MgCl2 untuk ion CO3
2- sehingga mengurangi pembentukan MgCO3.