digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pasar kecantikan dan perawatan pribadi di Indonesia diperkirakan akan terus memiliki demand yang bertambah pada tahun 2024 dan seterusnya. Fenomena ini menjadi peluang besar bagi para pelaku usaha di industri ini. Selain itu, perilaku pelanggan saat ini menunjukkan kemungkinan konsumen untuk mengikuti tren, rekomendasi teman, experience, dan personalisasi produk. Melihat peluang tersebut, Nala Beauty membuat workshop kecantikan untuk kebutuhan individu dan telah menjalankan bisnisnya selama dua tahun. Sebagai sebuah bisnis start up, Nala Beauty menyadari bahwa kepuasan pelanggan sangat penting dalam bisnis berbasis layanan dan Nala Beauty kini menghadapi permasalahan yaitu tempat workshop yang kurang nyaman dan margin keuntungan yang relatif kecil karena tingginya biaya variabel, seperti sewa ruang harian dan biaya instruktur. Perusahaan berencana menyewa tempat sendiri dengan pembiayaan berbasis ekuitas (equity financing). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi kelayakan finansial menyewa tempat dibandingkan berkolaborasi dengan kedai kopi yang dijalani sekarang dalam hal pertumbuhan jangka panjang dan profitabilitas. Penelitian ini menggunakan metodologi kuantitatif, dengan data perusahaan sebagai data primer dan data perusahaan serupa sebagai data sekunder. Kelayakan finansial akan dianalisis dengan menggunakan Net Present Value (NPV), payback period, Internal Rate of Return (IRR) dan indeks profitabilitas. Studi ini menunjukkan bahwa menyewa tempat dan bermitra dengan kedai kopi layak untuk menghasilkan keuntungan bisnis dalam jangka panjang. Namun menyewa tempat lebih direkomendasikan karena menghasilkan NPV positif yang lebih tinggi yaitu Rp635,652,867.64 dengan payback period 2.77 tahun, indeks profitabilitas 4.8 poin, dan IRR sebesar 66.38% lebih besar dari Weighted Average Cost of Capital (WACC) sebesar 7.48%