Penelitian ini membahas urgensi untuk melakukan transisi Combined Tractor Terminals (CTTs) menuju elektrifikasi dalam konteks maritim, dengan fokus pada Terminal Teluk Lamong (TTL) di Indonesia. Studi ini dimulai dengan menetapkan baseline untuk tingkat emisi dan biaya yang terkait dengan CTT bertenaga diesel konvensional, berdasarkan data historis dan kondisi operasional saat ini di TTL. Melalui Life Cycle Assessment (LCA), penelitian ini mengkuantifikasi dampak lingkungan, termasuk emisi CO2, NOx, dan partikel (PM) sepanjang siklus hidup CTT.
Setelah LCA, studi ini mengevaluasi Total Cost of Ownership (TCO) untuk tiga skenario elektrifikasi: diesel AGV, battery-swapped AGV, dan hybrid AGV. Analisis TCO ini memasukkan biaya lingkungan yang diperoleh dari hasil LCA, memberikan pandangan menyeluruh tentang implikasi finansial dalam jangka waktu 16 tahun.
Analisis manfaat ekonomi, termasuk Analisis Biaya-Manfaat (CBA), kemudian dilakukan untuk menilai potensi pengembalian dan kelayakan keseluruhan dari skenario elektrifikasi yang diusulkan. Hasilnya menunjukkan bahwa skenario battery-swapped AGV secara signifikan mengurangi TCO dibandingkan dengan baseline, sekaligus mencapai pengurangan emisi tertinggi. Skenario hybrid AGV, meskipun sedikit meningkatkan TCO, menawarkan pendekatan seimbang antara keuntungan operasional dan manfaat lingkungan. Skenario diesel AGV menawarkan keuntungan finansial yang sederhana dengan pengurangan TCO yang marginal tetapi memberikan manfaat lingkungan yang lebih sedikit.
Studi ini menyimpulkan dengan merekomendasikan bahwa PT Pelindo Terminal Teluk Lamong memprioritaskan investasi dalam battery-swapped AGV karena potensinya yang kuat untuk penghematan biaya dan pengurangan emisi. Penelitian ini juga menyarankan integrasi bertahap AGV hybrid untuk menyeimbangkan tujuan operasional dan lingkungan.