Makassar menjadi muara dari 2 sungai besar Sungai Tallo dan Sungai
Jenneberang dimana Sungai Tallo sering menimbulkan banjir disekitar alur sungai
di dalam Kota Makassar, di sepanjang 3,2 km daerah perkotaan. Namun demikian,
belum ada strategi penanganan pengendalian banjir yang handal dikarenakan belum
menyentuh pada akar permasalahan penyebab utama banjir di Sungai Tallo. Tujuan
penelitian ini untuk menganalisis mengenai penataan ruang air milik Sungai Tallo
dalam rangka pengendalian banjir. Metode dalam penelitian ini menggunakan
analisis hidrologi, hidrolika berupa HEC-RAS, serta pengaturan sempadan sungai.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengukuran kapasitas Sungai Tallo
dilakukan melalui analisis hidrologi dengan perhitungan HSS Nakayasu yang
menghasilkan debit banjir rencana Q25 pada daerah hilir sebesar 619.36 m3/detik,
yang merepresentasikan tinggi muka air yang meningkat setinggi 0.8 meter dari tepi
sungai di kawasan sekitar lokasi penelitian. Berdasarkan analisis hidrolika,
ditemukan bahwa kapasitas Sungai Tallo yang berada pada kondisi eksisting masih
tidak mampu mengalirkan debit banjir rencana sehingga menyebabkan potensi
terjadinya banjir semakin meningkat.
Selain itu, penataan ruang air Sungai Tallo dilakukan dengan
mempertimbangkan jarak garis sempadan sungai dengan lebar 15 meter dari tepi
sungai sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Tahun 1993. Namun rencana tata ruang dengan sempadan sungai, sejauh ini
belum sepenuhnya memenuhi harapan, sebab masih terdapat permasalahan terkait
pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan peraturan sempadan sungai yang
dibuktikan dengan masih adanya 21 rumah yang masuk dalam kategori kawasan
sempadan sungai sekitar lokasi penelitian.
Strategi penataan ruang air dalam upaya pengendalian banjir dengan skenario
tanggul dapat mengatasi banjir pada lokasi penelitian. Dengan itu mampu
menghilangkan adanya genangan banjir dan tingkat risiko banjir sehingga
membantu dalam pengendalian banjir. Akan tetapi dengan adanya skenario tanggul
diperlukan penyesuain tata guna lahan pada kawasan penelitian.