digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Makassar menjadi muara dari 2 sungai besar Sungai Tallo dan Sungai Jenneberang dimana Sungai Tallo sering menimbulkan banjir disekitar alur sungai di dalam Kota Makassar, di sepanjang 3,2 km daerah perkotaan. Namun demikian, belum ada strategi penanganan pengendalian banjir yang handal dikarenakan belum menyentuh pada akar permasalahan penyebab utama banjir di Sungai Tallo. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis mengenai penataan ruang air milik Sungai Tallo dalam rangka pengendalian banjir. Metode dalam penelitian ini menggunakan analisis hidrologi, hidrolika berupa HEC-RAS, serta pengaturan sempadan sungai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengukuran kapasitas Sungai Tallo dilakukan melalui analisis hidrologi dengan perhitungan HSS Nakayasu yang menghasilkan debit banjir rencana Q25 pada daerah hilir sebesar 619.36 m3/detik, yang merepresentasikan tinggi muka air yang meningkat setinggi 0.8 meter dari tepi sungai di kawasan sekitar lokasi penelitian. Berdasarkan analisis hidrolika, ditemukan bahwa kapasitas Sungai Tallo yang berada pada kondisi eksisting masih tidak mampu mengalirkan debit banjir rencana sehingga menyebabkan potensi terjadinya banjir semakin meningkat. Selain itu, penataan ruang air Sungai Tallo dilakukan dengan mempertimbangkan jarak garis sempadan sungai dengan lebar 15 meter dari tepi sungai sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tahun 1993. Namun rencana tata ruang dengan sempadan sungai, sejauh ini belum sepenuhnya memenuhi harapan, sebab masih terdapat permasalahan terkait pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan peraturan sempadan sungai yang dibuktikan dengan masih adanya 21 rumah yang masuk dalam kategori kawasan sempadan sungai sekitar lokasi penelitian. Strategi penataan ruang air dalam upaya pengendalian banjir dengan skenario tanggul dapat mengatasi banjir pada lokasi penelitian. Dengan itu mampu menghilangkan adanya genangan banjir dan tingkat risiko banjir sehingga membantu dalam pengendalian banjir. Akan tetapi dengan adanya skenario tanggul diperlukan penyesuain tata guna lahan pada kawasan penelitian.