digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Marcelina Lidia Soetanto
PUBLIC Alice Diniarti

Glukomanan adalah serat pangan larut air yang digunakan sebagai hidrokoloid dalam produk pangan dan non-pangan. Sumber glukomanan komersial biasanya berasal dari umbi konjak yang diimpor dari negara Asia Timur. Namun, terdapat sumber glukomanan lain yang berasal dari kekayaan alam Indonesia yaitu dari umbi tanaman Amorphophallus muelleri Blume (porang) yang dapat dijadikan sebagai sumber glukomanan alternatif. Saat ini, kebanyakan umbi porang lokal diproduksi dalam bentuk chip yang memiliki nilai jual rendah. Padahal, apabila dijual dalam bentuk tepung maka akan memiliki harga jual yang lebih tinggi. Produk tepung glukomanan porang dapat bersaing dengan tepung glukomanan konjak apabila proses produksinya dikembangkan melalui metode yang tepat untuk menghasilkan kemurnian glukomanan yang lebih tinggi. Metode ekstraksi counter-current atau cross-flow multi tahap berpotensi meningkatkan kemurnian dengan penggunaan pelarut yang efisien. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh tahapan dan metode ekstraksi, serta rasio pelarut-tepung (nisbah) terhadap kemurnian glukomanan tepung porang. Tiga tahapan utama penelitian ini terdiri atas perlakuan awal dengan penggunaan etanol 70% dan natrium bisulfit, ekstraksi dengan metode counter-current dan cross-flow multi tahap menggunakan isopropil alkohol 80% dengan variasi nisbah pelarut-tepung, serta karakterisasi tepung glukomanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak tahapan ekstraksi yang dilakukan dan semakin besarnya nisbah pelarut-tepung, maka semakin tinggi kemurnian glukomanan yang dihasilkan. Tepung glukomanan porang terbaik dalam penelitian ini dihasilkan oleh metode ekstraksi counter-current 3 tahap nisbah 11 (w/w), dengan rendemen 95.22%, viskositas 7661 cP, kemurnian glukomanan 75.43%, dan whiteness index 84.94. Hasil penelitian ini menunjukkan metode counter-current lebih efisien dibandingkan cross-flow. Ekstraksi counter-current lebih baik karena dapat menghasilkan kemurnian tinggi dengan penggunaan pelarut yang lebih hemat dibandingkan dengan metode cross-flow.