Penelitian ini mengkaji potensi hidrogen sebagai sumber energi terbarukan dengan
fokus pada produksi hidrogen hijau (GH2) melalui pembangkit listrik tenaga air
(PLTA) di Indonesia. Penelitian ini mengeksplorasi kelayakan penggunaan listrik
berlebih dari PLTA untuk menghasilkan GH2, yang bertujuan untuk berkontribusi
terhadap tujuan nol emisi (NZE) Indonesia pada tahun 2060. Penelitian ini
menyoroti pentingnya GH2 dalam transisi energi dan upaya dekarbonisasi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kelebihan energi PLTA dapat dimanfaatkan
secara efektif untuk produksi GH2 terdekat dengan lokasi co-firing turbin gas
(PLTG) Priok Jakarta, sehingga menawarkan solusi energi berkelanjutan dan
menyelaraskan dengan peralihan global menuju sumber energi terbarukan.
Penelitian ini mengadopsi metode penelitian campuran, yang mengintegrasikan
analisis kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini memanfaatkan data historis,
melakukan observasi dengan pengambil keputusan di PLN dan kementerian dan
menerapkan model keuangan untuk menilai kelayakan produksi GH2. Produksi
GH2 yang paling ekonomis dicapai di PLTA kecil Kracak dengan sistem 5 MW,
sehingga menghasilkan Levelized Cost of Hydrogen (LCOH) sebesar $2,98/kg.
Studi ini mengidentifikasi kriteria utama yang mempengaruhi kelayakan ekonomi
produksi GH2, dengan gabungan kelompok pemangku kepentingan yang
memprioritaskan Penyusutan Dipercepat/Subsidi, Kesiapan Permintaan Pasar dan
Belanja Modal (CAPEX). Studi ini menggarisbawahi perlunya kebijakan yang
mendukung dan kerja sama internasional untuk memfasilitasi transisi menuju
energi berkelanjutan dan mencapai tujuan NZE. Penelitian ini menyajikan bukti
konsep skalabilitas GH2 di Indonesia, yang menunjukkan bahwa PLTA mendukung
co-firing GH2 untuk PLTG bisa menjadi pilihan yang tepat. Hal ini mendorong
optimalisasi PLTA kecil dan pembentukan klaster GH2 di seluruh pulau di
Indonesia untuk melayani pasar negara berkembang. Studi ini menyimpulkan
bahwa kondisi geografis Indonesia mendukung produksi energi terintegrasi dengan
menggunakan energi air, angin dan matahari, mendorong ekonomi sirkular yang
ramah lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.