digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Agistya Maharani Joner
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Agistya Maharani Joner
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Agistya Maharani Joner
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Agistya Maharani Joner
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Agistya Maharani Joner
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Agistya Maharani Joner
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Agistya Maharani Joner
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

Industri roti di Indonesia telah mengalami peningkatan permintaan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan konsumen yang dapat dibelanjakan dan perubahan permintaan konsumen atas kesehatan. Kategori roti di pasar Indonesia mengalami tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 4,98% menurut Compound Annual Growth Rate (CAGR) untuk periode 2023-2027. Nilainya diproyeksikan mencapai US$ 11,92 miliar pada tahun 2023. Pendapatan diproyeksikan mengalami pertumbuhan sebesar 39,9% pada tahun 2023. Sementara itu, sektor roti di Indonesia diproyeksikan mengalami pertumbuhan volume sebesar 5,7% pada tahun 2024, mencapai volume 9.398,8 juta kilogram pada tahun 2027. Toko roti lokal di Indonesia sering kali beroperasi di kota-kota kecil dan pedesaan, mempertahankan pelanggan setia dalam jangka waktu yang lama. Toko roti ini sering kali menyediakan berbagai macam roti dan kue lokal, yang dapat menjadi faktor signifikan dalam menarik pelanggan. Roti diperkirakan akan menjadi segmen terbesar dan tumbuh paling cepat dalam hal jenis. Popularitas roti berasal dari konsumsinya yang luas oleh orang-orang dari segala usia. Persaingan antara industri roti lokal dan waralaba sangat ketat, dengan masing-masing memiliki model bisnis unik yang memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Keberhasilan sebuah toko roti tergantung pada elemen-elemen penting yang perlu diperhatikan seperti kualitas produk dan kualitas layanan. Sebagai respons terhadap pasar yang berkembang, perusahaan roti perlu membedakan diri mereka tidak hanya melalui produk mereka tetapi juga melalui kualitas layanan yang mereka berikan. Seiring pasar menjadi semakin kompetitif, memberikan layanan yang sangat baik menjadi faktor kunci dalam menarik dan mempertahankan pelanggan. Dalam pasar ritel barang konsumsi yang bergerak cepat, layanan yang sangat baik menjadi prioritas tertinggi yang memiliki potensi untuk meningkatkan loyalitas pelanggan dan mempertahankan atau bahkan meningkatkan tingkat penjualan. Dengan menyediakan layanan yang baik, toko roti dapat membedakan diri dari pesaing dan menarik pelanggan yang menghargai layanan ini. Holland Bakery, perusahaan roti perintis di Indonesia yang didirikan pada tahun 1978 di bawah PT Mustika Citra Rasa, memiliki keyakinan yang sama tentang pentingnya iv memberikan layanan yang baik kepada pelanggan. Komitmen Holland Bakery terhadap keunggulan tidak hanya untuk kualitas produk tetapi juga standar layanan pelanggan yang sangat baik. Mereka memiliki keyakinan bahwa personel penjualan mereka berfungsi sebagai cerminan dari bisnis mereka, sehingga sangat penting untuk memberikan pendidikan kepada karyawan untuk meningkatkan tingkat layanan. Penelitian ini dilakukan untuk menilai komponen kualitas layanan yang perlu ditingkatkan menggunakan 5 dimensi model SERVQUAL - reliability (keandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance (jaminan), empathy (empati), dan tangible (fisik) - yang diambil dari kedua perspektif pelanggan dan karyawan. Penulis menggunakan metode penelitian dengan alat pengumpulan data berupa kuesioner dan wawancara. Metode campuran kuantitatif-kualitatif menggunakan statistik deskriptif, importance performance analysis (IPA) dan analisis tematik pada 205 pelanggan dan 125 karyawan Holland Bakery menunjukkan beberapa elemen kualitas layanan yang masih perlu ditingkatkan, yaitu penanganan keluhan pelanggan, konsistensi dalam memberikan kualitas layanan, pengetahuan produk, keterampilan promosi, ketanggapan, sikap, pengiriman tepat waktu, keakuratan informasi produk dan transaksi, pemenuhan permintaan khusus pelanggan, keterampilan komunikasi, dan kepercayaan diri. Dari elemen-elemen ini, kekurangan program pelatihan dan aspirasi untuk pelatihan di masa depan dikembangkan. Kesenjangan dalam elemen-elemen ini digunakan untuk menciptakan solusi bisnis dalam bentuk desain pelatihan dan kurikulum untuk meningkatkan kompetensi karyawan dalam kualitas layanan guna melayani pelanggan dengan lebih baik.