digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dokumen Asli
PUBLIC Dessy Rondang Monaomi

Di tengah kemajuan teknologi digital, interoperabilitas sebagai konsep yang memungkinkan sistem yang berbeda untuk berkomunikasi dan berbagi data menjadi hal yang sangat krusial, terutama dalam sektor kesehatan untuk dapat meningkatkan efisiensi dalam pelayanan kesehatan dan peningkatan perawatan pasien. Dalam konteks interoperabilitas pada sektor kesehatan, standar seperti Fast Healthcare Interoperability Resources (FHIR) memainkan peranan penting dalam interoperabilitas data kesehatan. Di Indonesia, interoperabilitas data kesehatan menjadi hal yang wajib dengan terbitnya Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) nomor 24 tahun 2022 tentang Rekam Medis dan diluncurkannya platform SATUSEHAT sebagai ekosistem pertukaran data kesehatan. Namun, dengan kebutuhan untuk segera menerapkan interoperabilitas rekam medis di Indonesia akan seiring dengan banyaknya data kesehatan dari Rekam Medis Elektronik (RME) yang akan dipertukarkan. Metode pengiriman yang digunakan dalam interoperabilitas ke server SATUSEHAT adalah pendekatan komunikasi sinkron yang menggunakan Representational State Transfer Application Programming Interface (REST API). Penggunaan REST API memiliki resiko ketika menangani jumlah data yang besar yaitu berupa latency yang tinggi, resiko overload pada server dan kurangnya stabilitas untuk menangani lonjakan permintaan secara efektif. Sebagai alternatif, pendekatan dengan menggunakan komunikasi secara asinkron yang menerapkan antrian pesan memungkinkan peningkatan keandalan pengiriman data dan pengelolaan lonjakan permintaan yang baik. Penelitian ini bertujuan merancang arsitektur komunikasi asinkron untuk interoperabilitas data kesehatan dan melakukan studi komparasi antara komunikasi sinkron dan asinkron dalam penerapan standar FHIR untuk interoperabilitas RME pada platform SATUSEHAT. Dalam rancangan arsitektur komunikasi asinkron, penelitian ini menambahkan RabbitMQ sebagai message broker untuk membuat antrian pesan sebelum pengiriman menggunakan protokol REST ke server ii SATUSEHAT. Pengujian kinerja terhadap response time, throughput dan error rate dari kedua arsitektur interoperabilitas dilakukan dengan mengirimkan permintaan menggunakan metode GET, POST dan PUT pada beberapa endpoint resource dari server SATUSEHAT. Pengujian ini melibatkan empat skenario pengujian yang memiliki variasi dalam data dan jumlah pengguna. Tools yang digunakan untuk pengujian kinerja yaitu Apache Jmeter, Gatling dan K6. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kinerja response time pada komunikasi asinkron lebih baik dibandingkan komunikasi sinkron pada pengiriman sampai dengan 200 data pada skenario 1, dengan perubahan response time memperlihatkan adanya penurunan sebesar 23% pada 50 data, 6,52% pada 100 data, 2,68% pada 150 data, dan 4,94% pada 200 data, yang menunjukkan response time komunikasi asinkron lebih baik dibandingkan komunikasi sinkron. Begitu juga pada skenario 2, pada pengujian 10 user perubahan response time menunjukkan adanya penurunan sebesar 6,05%. Namun pada pengiriman dengan jumlah data atau jumlah user yang lebih banyak, response time mengalami peningkatan yang menunjukkan kinerja response time pada komunikasi asinkron lebih lambat dibanding komunikasi sinkron. Hal ini terjadi karena mekanisme pengembalian pesan ke antrian dan pengiriman kembali pesan setelah permintaan mengalami kegagalan karena rate limit, yang menyebabkan response time meningkat. Hasil pengujian kinerja throughput JMeter menunjukkan bahwa throughput pada komunikasi asinkron sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan komunikasi sinkron dengan peningkatan sebesar 30,43% pada 50 data, 6,67% pada 100 data, 10% pada 150 data, dan 66,67% pada 250 data. Begitu juga dengan pengujian pada skenario 2, throughput mengalami peningkatan sebesar 7,13% pada 10 user, 24,85% pada 20 user, dan 3,53% pada 30 user. Namun pada pengiriman data atau jumlah user yang lebih banyak, throughput Jmeter pada komunikasi asinkron lebih sedikit dari komunikasi sinkron. Pada komunikasi sinkron diperoleh error rate yang bervariasi dikarenakan rate limit. Saat rate limit tercapai, permintaan akan ditolak oleh server SATUSEHAT. Pada beban dan lonjakan permintaan yang dikirimkan sesaat setelah rate limit tercapai, error rate dapat mencapai 100%. Kinerja pada komunikasi asinkron lebih baik dengan memperoleh nilai error rate 0% untuk semua skenario pengujian dikarenakan adanya mekanisme pengembalian pesan ke antrian dan pengiriman kembali pesan setelah jeda waktuke server SATUSEHAT, setelah permintaan mengalami kegagalan. Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa kinerja komunikasi asinkron lebih handal dalam menangani beban dan lonjakan permintaan yang tinggi.