digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Proyek tugas akhir ini bertujuan untuk mewadahi kreatifitas anak-anak tentang isu lingkungan yang berdampak pada sumber pangan dan resiliensi. Permainan anak tradisional anjang-anjangan digunakan sebagai metode lokakarya untuk bermain dan belajar dengan mendekatkan tubuh anak dan objek yang diteliti. Pameran menjadi luaran proyek yang diadaptasi dari program edukasi museum yang menempatkan kehadiran pengunjung, utamanya anak-anak hanya sebagai pelengkap. Proyek ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan metode kuratorial. Partisipan yang terlibat dalam proyek ini berjumlah lima orang anak berusia enam sampai sembilan tahun dan tinggal di Bandung Timur. Lokasi lokakarya dilaksanakan di Seni Tani, Arcamanik, Bandung Timur yang dipilih berdasarkan lahan kebun yang memanfaatkan lahan tidur terbengkalai di bawah sutet dengan fokus sebagai kebun pangan organik yang berkelanjutan. Data-data didapatkan melalui pengamatan terhadap subjek melalui wawancara, diskusi, observasi langsung, pencatatan selama kegiatan dan dokumentasi. Hasil dari proyek ini menunjukkan bahwa anak-anak dengan usia tersebut mampu mengemukakan perspektifnya tentang isu lingkungan dan pangan melalui cara yang kreatif. Pada anjang-anjangan, anak-anak tidak hanya bermain, melainkan mereka berani untuk mencoba berfikir kritis tentang masalah yang dihadapi. Saat bermain, anak-anak menunjukkan sisi kreatifnya yang dikembangkan dari imajinasinya pada saat bermain peran menjadi seorang petani. Menghayatinya dengan melakukan kegiatan bermain yang sama dengan kegiatan aktivitas petani di kebun, yakni menanam, merawat dan segala prosesnya. Di Seni Tani, anak menemukan benda wajar dan tak wajar yang mereka pilih untuk ditampilkan dalam galeri sebagai wujud nyata tentang adanya pencemaran lingkungan pada tanah yang diakibatkan oleh ulah tangan manusia. Kelima anak menghayati peran dirinya sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan alam melalui sikap-sikap bijaksana yang mereka dapati selama bermain di kebun kota dan merawat tanaman sayurnya secara mandiri dirumah. Kegiatan ini pun memicu anak untuk berpikir kritis dan berani untuk menemukan solusi melalui cara yang artistik, yakni mengumpulkan benda-benda tersebut kemudian memilih untuk ditampilkannya dalam galeri dan resiliensi ditunjukkan dengan anak-anak yang menciptakan menu es krim kangkung dan bayam. Kehadiran Prilla Tania sebagai seniman profesional yang sudah belasan tahun fokus pada isu lingkungan dan pangan pun menjadi bagian dari pameran dengan memberi respon ide anak melalui presentasi karya yang ia susun berdasarkan nilai yang ia temui pada benda-benda yang sudah anak pilih untuk ditampilkan dalam galeri. Pada pameran ini, memperlihatkan adanya perkembangan dari program edukasi museum dengan menerapkan keterbalikan dari kebiasaan dimana anak-anak sebagai subjek dan Prilla Tania sebagai pelengkap. Hal ini pun menunjukkan bahwasannya dengan diberinya kesempatan, keterbukaan ruang berpikir dan kreasi, anak-anak dapat mengemukakan sudut pandangnya melalui ide yang mereka rancang secara kreatif yang berguna untuk bekal hidup mereka di masa depan.