Mikroplastik merupakan salah satu polutan yang mendapat banyak perhatian karena
kehadirannya di berbagai kompartemen lingkungan. Sejauh ini, sebagian besar
penelitian berfokus pada mikroplastik di lingkungan akuatik, sedangkan
pemahaman terkait airborne microplastics (AMPs) masih terbatas. Untuk itu, studi
ini membahas terkait dinamika AMPs di daerah perkotaan. Konsentrasi dan
karakteristik AMPs di Kota Bandung diidentifikasi pada empat periode antara
Desember 2022 dan Maret 2023 menggunakan analisis ?-FTIR dan pencitraan
ATR. Selain itu, tingkat degradasi AMPs dinilai menggunakan indeks karbonil dari
data spektra IR. Konsentrasi AMPs rata-rata 6,63 ± 5,76 partikel/m³. Tujuh jenis
polimer teridentifikasi: polietilena (PE, 98,06%), etilen-vinil asetat (EVA, 0,22%),
polietilena tereftalat (PET, 1,08%), polidialil ftalat (PDAP, 0,32%), polibutadiena
karet (PBR, 0,11%), polivinil alkohol (PVA, 0,11%), dan polikaprolakton (PCL,
0,11%). Diameter feret maksimum AMPs bervariasi dalam rentang 3,14 – 512 ?m,
dengan rata-rata 21,37 ± 25,91 ?m. AMPs berbentuk fragment (76,5%), granule
(9,1%), fiber (9,4%), dan unknown (5,0%). Carbonyl index rata-rata dari PE yang
ditemukan adalah 0,34 ± 0,49 (metode titik) dan 1,00 ± 0,75 (metode SAUB).
Sebagian besar PE menunjukkan tingkat oksidasi permukaan rendah (45%)
dibandingkan dengan tingkat tinggi (33%) dan sedang (22%). Diperkirakan 31%
PE dari sampel S1 dan 10% PE dari sampel S2 memiliki usia kurang dari 30 hari.
AMPs utamanya bersumber dari fragmentasi plastik yang berukuran lebih besar,
pelepasan partikel tekstil, dan debu jalan. AMPs dapat bersumber dari sumber lokal
maupun transportasi jarak jauh dari arah selatan dan barat lokasi sampling. Temuan
penelitian ini meningkatkan pemahaman tentang AMPs dan memberikan dasar
untuk mengembangkan strategi mitigasi untuk menangani masalah lingkungan ini.