Infeksi menyebabkan banyak masalah kesehatan. Salah satu penyebab infeksi adalah bakteri
patogen yang dapat diobati dengan antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik yang tidak tepat
menyebabkan resistensi antibiotik yang berdampak pada gagalnya terapi untuk infeksi. Dewasa
ini, penelitian mengenai antibakteri dan antioksidan pada tanaman sering dilakukan, karena adanya
kandungan senyawa fenol dan flavonoid yang mampu bertindak sebagai antibakteri dan
antioksidan. Reactive oxygen species (ROS) yang merupakan radikal bebas, dapat menyebabkan
berbagai penyakit degeneratif seperti aterosklerosis, diabetes, jantung dan pembuluh darah serta
penuaan dini. Karena berbagai masalah tersebut, maka perlu dilakukan pencarian kandidat obat
baru dari tumbuhan. Mobe (Artocarpus lacucha) adalah salah satu tumbuhan dari marga
Artocarpus yang secara tradisional digunakan masyarakat sebagai bumbu masakan dan untuk
mengobati penyakit seperti sakit perut, penyembuh luka serta obat cacing. Melalui berbagai hasil
penelitian diperoleh informasi bahwa tumbuhan ini memiliki aktivitas antioksidan, antimikroba,
antiinflamasi dan antiglikasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas antioksidan dan antibakteri dari tumbuhan mobe.
Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun, kulit batang, ranting dan buah. Kulit batang dipilih
untuk diuji lebih lanjut karena memiliki aktivitas antioksidan terbaik (kapasitas antioksidan dengan
metode DPPH 7,19 ± 0,10 mg AEAC/g ekstrak dan dengan metode CUPRAC 91,32 ± 3,77 mg
AEAC/g ekstrak) dan antibakteri terbaik terhadap 6 dari 9 bakteri uji (diameter hambat pada
konsentrasi 750 µg/disk terhadap bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA),
S.aureus, C.acnes, S.mutans, S.epidermidis dan B.subtillis berturut-turut 10,20 ± 0,001; 10,40 ±
0,69; 9,80 ± 0,34; 8,85 ± 0,26; 8,20 ± 0,17; 7,27 ± 0,37 mm, konsentrasi hambat minimum (KHM)
keenam bakteri berturut-turut pada konsentrasi 1,56; 12,5; 25; 12,5; 25 dan 12,5 mg/mL). Pada
tahap ekstraksi bertingkat kulit batang digunakan berturut-turut pelarut n-heksana, etil asetat dan
etanol. Ekstrak etil asetat dipilih untuk dilanjutkan pada tahap fraksinasi karena memiliki ativitas
antioksidan terbaik (kapasitas antioksidan dengan metode DPPH 70,91 ± 2,60 mg AEAC/g ekstrak
dan CUPRAC 179,74 ± 2,52 mg AEAC/g ekstrak) dan antibakteri terbaik terhadap 6 dari 9 bakteri
uji (diameter hambat pada konsentrasi 750 µg/disk terhadap bakteri MRSA, S.aureus, C.acnes,
S.mutans, S.epidermidis dan B.subtillis berturut-turut 9,13 ± 0,03; 9,88 ± 0,02; 9,63 ± 0,03; 8,03 ±
0,03; 8,53 ± 0,02; 6,83 ± 0,03 mm, KHM keenam bakteri berturut-turut pada konsentrasi 3,125;
3,125; 1,56; 1,56; 6,25 dan 3,125 mg/mL. Pada tahap fraksinasi, diperoleh 8 fraksi gabungan.
Berdasarkan rendemen, pola kromatogram, aktivitas antioksidan dan aktivitas antibakteri dengan
bioautografi, fraksi F6 dipilih untuk dilanjutkan ke tahap subfraksinasi. Aktivitas antioksidan
fraksi F6 memberikan kapasitas antioksidan dengan metode DPPH 57, 63 ± 0,98 mg AEAC/g
ekstrak dan CUPRAC 70,55 ± 0,32 mg AEAC/g ekstrak. Hasil KLT-bioautografi menyimpulkan
bahwa fraksi F6 dengan konsentrasi 50 µg memberikan zona bening pada S. aureus, MRSA, C.
acnes dan S. epidermidis.
Pada tahap subfraksinasi, diperoleh 9 subfraksi gabungan. Subfraksi SF5 memberikan aktivitas
antioksidan terbaik (kapasitas antioksidan dengan metode DPPH 69,72 ± 0,09 mg AEAC/g
ekstrak dan CUPRAC 209,65 ± 0,18 mg AEAC/g ekstrak). Hasil KLT-bioautografi menyimpulkan
subfraksi SF5 dengan konsentrasi 50 µg memberikan zona bening pada S. aureus, MRSA, C. acnes
dan S. epidermidis. KHM yang dihasilkan oleh subfraksi SF5 terhadap S. aureus, MRSA, C. acnes
pada konsentrasi 625 µg/mL dan terhadap S. epidermidis pada konsentrasi 1250 µg/mL.
Selanjutnya subfraksi SF5 dianalisis dengan LC-HRMS-MS, SEM dan TEM. Hasil LC-HRMSMS berupa enam senyawa mayor dengan similarity ?90% yaitu kemferol, piseatanol,
isorhamnetin, 4-metilumbeliferon, oleamide dan (2R,3R)-2-(2,6-dihidroksifenil)-3,5,7-
trihidroksi-2,3-dihidro-4H-chromen-4-one. Hasil analisis SEM dan TEM menunjukkan bahwa
subfraksi SF5 pada KHM menyebabkan kerusakan dinding sel pada keempat bakteri uji. Tiga
senyawa terpilih yaitu kemferol, piseatanol dan isoramnetin dilakukan uji in silico dan disimpulkan
bahwa ketiga senyawa tersebut berpotensi sebagai antibakteri terhadap bakteri S. aureus, MRSA,
C. acnes dan S. epidermidis. Pada penelitian ini juga dilakukan penetapan kadar kemferol pada
ekstrak etil asetat kulit batang, fraksi F6, subfraksi SF5 dan diperoleh kadar kemferol berturutturut 0,18 ± 0,05; 0,07 ± 0,01 dan 0,04 ± 0,02 %. Dari penelitian ini disimpulkan, ekstrak kulit
batang mobe berpotensi untuk dikembangkan sebagai antioksidan dan antibakteri, terutama untuk
bakteri Gram positif.