digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Infeksi menyebabkan banyak masalah kesehatan. Salah satu penyebab infeksi adalah bakteri patogen yang dapat diobati dengan antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik yang tidak tepat menyebabkan resistensi antibiotik yang berdampak pada gagalnya terapi untuk infeksi. Dewasa ini, penelitian mengenai antibakteri dan antioksidan pada tanaman sering dilakukan, karena adanya kandungan senyawa fenol dan flavonoid yang mampu bertindak sebagai antibakteri dan antioksidan. Reactive oxygen species (ROS) yang merupakan radikal bebas, dapat menyebabkan berbagai penyakit degeneratif seperti aterosklerosis, diabetes, jantung dan pembuluh darah serta penuaan dini. Karena berbagai masalah tersebut, maka perlu dilakukan pencarian kandidat obat baru dari tumbuhan. Mobe (Artocarpus lacucha) adalah salah satu tumbuhan dari marga Artocarpus yang secara tradisional digunakan masyarakat sebagai bumbu masakan dan untuk mengobati penyakit seperti sakit perut, penyembuh luka serta obat cacing. Melalui berbagai hasil penelitian diperoleh informasi bahwa tumbuhan ini memiliki aktivitas antioksidan, antimikroba, antiinflamasi dan antiglikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas antioksidan dan antibakteri dari tumbuhan mobe. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun, kulit batang, ranting dan buah. Kulit batang dipilih untuk diuji lebih lanjut karena memiliki aktivitas antioksidan terbaik (kapasitas antioksidan dengan metode DPPH 7,19 ± 0,10 mg AEAC/g ekstrak dan dengan metode CUPRAC 91,32 ± 3,77 mg AEAC/g ekstrak) dan antibakteri terbaik terhadap 6 dari 9 bakteri uji (diameter hambat pada konsentrasi 750 µg/disk terhadap bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), S.aureus, C.acnes, S.mutans, S.epidermidis dan B.subtillis berturut-turut 10,20 ± 0,001; 10,40 ± 0,69; 9,80 ± 0,34; 8,85 ± 0,26; 8,20 ± 0,17; 7,27 ± 0,37 mm, konsentrasi hambat minimum (KHM) keenam bakteri berturut-turut pada konsentrasi 1,56; 12,5; 25; 12,5; 25 dan 12,5 mg/mL). Pada tahap ekstraksi bertingkat kulit batang digunakan berturut-turut pelarut n-heksana, etil asetat dan etanol. Ekstrak etil asetat dipilih untuk dilanjutkan pada tahap fraksinasi karena memiliki ativitas antioksidan terbaik (kapasitas antioksidan dengan metode DPPH 70,91 ± 2,60 mg AEAC/g ekstrak dan CUPRAC 179,74 ± 2,52 mg AEAC/g ekstrak) dan antibakteri terbaik terhadap 6 dari 9 bakteri uji (diameter hambat pada konsentrasi 750 µg/disk terhadap bakteri MRSA, S.aureus, C.acnes, S.mutans, S.epidermidis dan B.subtillis berturut-turut 9,13 ± 0,03; 9,88 ± 0,02; 9,63 ± 0,03; 8,03 ± 0,03; 8,53 ± 0,02; 6,83 ± 0,03 mm, KHM keenam bakteri berturut-turut pada konsentrasi 3,125; 3,125; 1,56; 1,56; 6,25 dan 3,125 mg/mL. Pada tahap fraksinasi, diperoleh 8 fraksi gabungan. Berdasarkan rendemen, pola kromatogram, aktivitas antioksidan dan aktivitas antibakteri dengan bioautografi, fraksi F6 dipilih untuk dilanjutkan ke tahap subfraksinasi. Aktivitas antioksidan fraksi F6 memberikan kapasitas antioksidan dengan metode DPPH 57, 63 ± 0,98 mg AEAC/g ekstrak dan CUPRAC 70,55 ± 0,32 mg AEAC/g ekstrak. Hasil KLT-bioautografi menyimpulkan bahwa fraksi F6 dengan konsentrasi 50 µg memberikan zona bening pada S. aureus, MRSA, C. acnes dan S. epidermidis. Pada tahap subfraksinasi, diperoleh 9 subfraksi gabungan. Subfraksi SF5 memberikan aktivitas antioksidan terbaik (kapasitas antioksidan dengan metode DPPH 69,72 ± 0,09 mg AEAC/g ekstrak dan CUPRAC 209,65 ± 0,18 mg AEAC/g ekstrak). Hasil KLT-bioautografi menyimpulkan subfraksi SF5 dengan konsentrasi 50 µg memberikan zona bening pada S. aureus, MRSA, C. acnes dan S. epidermidis. KHM yang dihasilkan oleh subfraksi SF5 terhadap S. aureus, MRSA, C. acnes pada konsentrasi 625 µg/mL dan terhadap S. epidermidis pada konsentrasi 1250 µg/mL. Selanjutnya subfraksi SF5 dianalisis dengan LC-HRMS-MS, SEM dan TEM. Hasil LC-HRMSMS berupa enam senyawa mayor dengan similarity ?90% yaitu kemferol, piseatanol, isorhamnetin, 4-metilumbeliferon, oleamide dan (2R,3R)-2-(2,6-dihidroksifenil)-3,5,7- trihidroksi-2,3-dihidro-4H-chromen-4-one. Hasil analisis SEM dan TEM menunjukkan bahwa subfraksi SF5 pada KHM menyebabkan kerusakan dinding sel pada keempat bakteri uji. Tiga senyawa terpilih yaitu kemferol, piseatanol dan isoramnetin dilakukan uji in silico dan disimpulkan bahwa ketiga senyawa tersebut berpotensi sebagai antibakteri terhadap bakteri S. aureus, MRSA, C. acnes dan S. epidermidis. Pada penelitian ini juga dilakukan penetapan kadar kemferol pada ekstrak etil asetat kulit batang, fraksi F6, subfraksi SF5 dan diperoleh kadar kemferol berturutturut 0,18 ± 0,05; 0,07 ± 0,01 dan 0,04 ± 0,02 %. Dari penelitian ini disimpulkan, ekstrak kulit batang mobe berpotensi untuk dikembangkan sebagai antioksidan dan antibakteri, terutama untuk bakteri Gram positif.