Kunyit (Curcuma longa L.) merupakan tanaman yang dimanfaatkan sebagai
pewarna alami dan memiliki berbagai manfaat, seperti sifat antioksidan,
antikarsinogen, dan antikanker. Warna kuning pada curcuma longa disebabkan
oleh senyawa kurkuminoid, yakni polifenol yang termasuk dalam kelompok
diferuloylmethane. Kandungan kurkumin dalam curcuma longa berkisar antara 1,8-
5,4% dan dapat dipengaruhi oleh faktor produksi seperti tahap ekstraksi, jenis
pelarut, dan teknik pemekatan. Namun, bau aromatik dan peppery yang disebabkan
oleh kandungan minyak atsiri membatasi penggunaannya sebagai pewarna
makanan. Selain itu, proses pemekatan sangat penting untuk produk cair, tetapi
penguapan konvensional sering menyebabkan degradasi warna dan kehilangan
senyawa akibat pemanasan termal. Dalam industri, pemekatan bertujuan untuk
meningkatkan stabilitas dan mengurangi biaya penanganan. Sub-merged direct
contact membrane distillation (SDCMD) muncul sebagai alternatif pemrosesan
yang dapat mempertahankan kualitas produk karena beroperasi pada suhu rendah
dan prosesnya yang sederhana.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi mikrofiltrasi dalam mengurangi bau
pada ekstrak curcuma longa dan membandingkan teknik pemekatan termal (MT),
rotary evaporator (RT), dan Sub-merged direct contact membrane distillation
(SDCMD) serta meninjau potensi SDCMD sebagai proses pemekatan non-termal.
Penyaringan berbeda dilakukan menggunakan ukuran 1µ untuk meninjau
potensinya bersama mikrofiltrasi (0,2µ) dalam mengurangi bau rempah pada
ekstrak curcuma longa. Selanjutnya, masing-masing teknik pemekatan dilakukan
dengan variasi temperatur yang berbeda, MT (60, 70, 80°C), RT (40, 50, 60°C),
dan SDCMD (30, 40, 50°C) dengan target pemekatan 1,5x. Variasi ini disesuaikan
dengan kelebihan masing-masing metode. Analisis kinerja SDCMD dilakukan
dengan membandingkannya secara langsung dengan metode terbaik di antara RT
dan MT, serta mengevaluasi variasi faktor pemekatan untuk menilai efektivitasnya
dalam mempertahankan senyawa warna pada curcuma longa..
Hasil analisis sensori menunjukkan bahwa mikrofiltrasi (0,2µ) efektif mengurangi
bau aromatik dari ekstrak kunyit. Namun, analisis GC-MS tidak menunjukkan hasil
yang konsisten terkait senyazingiberene menurun, sementara tumerone dan Ar-tumerone justru meningkat
setelah mikrofiltrasi dibandingkan dengan ekstrak segar. Evaluasi hasil pemekatan
menunjukkan bahwa kandungan CC dan TPC meningkat seiring dengan
peningkatan suhu, dengan metode RT60 memberikan hasil terbaik untuk
kandungan CC dan SDCMD50 untuk kandungan TPC. %DPPH menurun seiring
dengan peningkatan suhu, namun metode SDCMD dapat mempertahankan
%DPPH dengan baik. pH dan warna ekstrak stabil di kisaran pH 6–6.55, dengan
warna lebih gelap pada rotary evaporator. Evaluasi tekno-ekonomi menunjukkan
bahwa SDCMD lebih hemat biaya, dengan penghematan sebesar 26,50%
dibandingkan RT, dan MT memberikan penghematan sebesar 20,97%
dibandingkan RT. Biaya rotary evaporator yang tinggi serta keterbatasannya
sebagai alat laboratorium menunjukkan ketidakefektifannya untuk pengembangan
skala industri. Analisis kinerja SDCMD dibandingkan dengan RT menunjukkan
bahwa SDCMD merupakan teknik pemekatan non-termal yang efektif, dengan
hasil kurkuminoid yang lebih baik dan fluktuasi fluks membran yang minimal. wa penyebab bau; senyawa seperti ?-tumerone dan