Indonesia sebagai negara kepulauan dengan 17.000 pulau menciptakan sistem transportasi udara menjadi transportasi paling efektif dan cocok untuk mengangkut orang dan barang dalam negeri diantara moda transportasi lain. Indonesia juga dikenal sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia menjadikan transportasi udara melayani pasar yang besar bagi kebutuhan masyarakat di seluruh Indonesia. Untuk memaksimalkan peluang ini, Pelita Air sebagai perusahaan penerbangan mengembangkan perusahaan dan berinovasi untuk meningkatkan pelayanan sesuai kebutuhan pasar dengan mengangkut orang dan barang dalam tantangan geografi dan aksesibilitas yang unik di Indonesia. Pelita Air sebagai salah satu anak perusahaan Pertamina yang didirikan pada tahun 1963 untuk mendukung transportasi udara internal perusahaan dalam bisnis eksplorasi minyak dan gas Pertamina. Dalam rangka mengembangkan portofolio bisnis, Pelita Air memperluas bisnisnya dan mengambil beberapa peluang dengan menciptakan beberapa manajemen perubahan transformasi bisnis menjadi operator charter pesawat udara komersial, bisnis penerbangan reguler, perawatan pesawat, operator bandar udara dan juga pelatihan penerbangan. Untuk mencapai perbaikan berkelanjutan dalam pelaksanaan manajemen perubahan terbaru khususnya pada implementasi penerbangan reguler pada tahun 2022, maka evaluasi manajemen perubahan penerbangan reguler perlu dilakukan di Pelita Air.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis menggunakan model 8 langkah perubahan oleh John Kotter dan DICE framework untuk menganalisis dan mengevaluasi strategi manajemen perubahan yang diterapkan Pelita Air. Model 8 langkah perubahan oleh John Kotter digunakan sebagai kerangka strategis komparatif dalam proses penerapan manajemen perubahan yang dapat mengevaluasi dan mengoptimalkan proses manajemen perubahan. Kerangka DICE digunakan sebagai rumusan untuk menilai kemungkinan keberhasilan manajemen perubahan berdasarkan ukuran objektif dan menelusuri proyeksi manajemen perubahan yang dilaksanakan melalui empat faktor utama yaitu durasi, integritas, komitmen dan usaha.
Berdasarkan hasil evaluasi dari 8 langkah manajemen perubahan oleh John Kotter menunjukkan Pelita Air masih memiliki ruang untuk perbaikan dalam pelaksanaan manajemen perubahan. Langkah awal manajemen perubahan dalam membangun urgensi perubahan, terdapat beberapa faktor pendukung seperti kondisi keuangan, peluang pasar, pengembangan operasi dan instruksi pemerintah yang mendesak inisiatif perubahan. Penting bagi Pelita Air untuk mengidentifikasi terutama faktor ancaman dalam penyelenggaraan penerbangan reguler seperti kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola dan mengoperasikan operasi penerbangan reguler karena Pelita Air mengalami kegagalan dalam mempertahankan operasi bisnis dalam kompetisi pasar operasi penerbangan reguler di tahun 2005. Pada langkah kedua manajemen perubahan dalam menciptakan tim koalisi perubahan, terdapat beberapa faktor utama seperti penunjukan kunci pimpinan, anggota koalisi, tujuan tim dan kolaborasi pemangku kepentingan. Penting bagi Pelita Air untuk melakukan pengecekan ulang terhadap kelemahan tim termasuk penunjukan kunci pimpinan yang memiliki rekam jejak yang baik karena Pelita Air beberapa kali mengalami pergantian pimpinan dimana hal tersebut memberikan dampak risiko yang besar selama pelaksanaan manajemen perubahan. Langkah ketiga manajemen perubahan dalam mengembangkan visi dan strategi, terdapat beberapa faktor utama seperti nilai perubahan, implementasi strategi dan gambaran kondisi masa depan perusahaan. Penting bagi Pelita Air untuk meningkatkan visi dan strategi yang jelas karena akan mengurangi ambiguitas untuk meningkatkan pengarahan karyawan tentang bagaimana mereka harus bekerja demi keberhasilan tujuan perubahan. Langkah keempat manajemen perubahan dalam mengkomunikasikan visi perubahan, terdapat beberapa faktor utama seperti mendapatkan motivasi karyawan, kejelasan strategi, pengembangan organisasi, budaya perusahaan baru dan keuntungan bagi karyawan. Penting juga bagi Pelita Air untuk mengembangkan pemeriksaan tanggapan karyawan secara berkala untuk mengetahui adanya kecemasan atau pikiran negatif dari karyawan untuk mengurangi angka penolakan atau persepsi netral mengenai inisiatif perubahan yang dilakukan perusahaan.
Pada langkah kelima manajemen perubahan dalam pemberdayaan aksi perubahan secara luas, terdapat beberapa faktor utama seperti peningkatan kompetensi, dukungan teknologi, pelatihan dan lokakarya. Evaluasi tersebut merekomendasikan Pelita Air untuk mengadakan lokakarya pembangunan tim dalam perusahaan untuk meningkatkan aksi inisiatif tim dalam keterlibatan terhadap perubahan dan rasa memiliki terhadap proyek utama perusahaan sehingga mempercepat implementasi perubahan. Langkah keenam manajemen perubahan adalah menghasilkan pencapaian perubahan dalam jangka pendek, terdapat beberapa faktor utama seperti pengembangan operasional, pertumbuhan pelanggan dan peningkatan kepercayaan pemangku kepentingan. Disarankan pada Pelita Air untuk melakukan sistem rekognisi dan penghargaan bagi setiap pihak yang berperan dalam keberhasilan perubahan dengan memberikan insentif nyata atau pertumbuhan profesional yang menunjukkan apresiasi atas kerja keras dan dedikasi selama implementasi perubahan. Langkah ketujuh manajemen perubahan melalui konsolidasi pencapaian dan menghasilkan lebih banyak perubahan, terdapat beberapa faktor utama seperti evaluasi pencapaian dan kinerja perubahan. Dari implementasi perubahan menunjukkan hasil yang menyimpang dari rencana awal perubahan seperti jumlah akuisisi pesawat udara dan rute penerbanangan yang dilayani. Metode seperti survei umpan balik dan pemeriksaan beban kerja karyawan harus secara rutin dilakukan untuk memberikan aksi mitigasi dan menjaga hasil implementasi perubahan tetap selaras dengan yang diharapkan. Langkah terakhir manajemen perubahan melalui pendekatan penerapan perubahan sebagai budaya baru perusahaan, terdapat beberapa faktor penting seperti perilaku baru, warisan budaya, cita-cita dan nilainilai perubahan. Penerapan budaya baru penting dilakukan selama implementasi perubahan melalui kemampuan beradaptasi, peningkatan kompetensi, kolaborasi dan loyalitas karyawan karena budaya-budaya ini memegang peran penting untuk memberikan pondasi yang kuat dalam tim untuk menerima dan mengarahkan perubahan kedepan. Melalui langkah terakhir dari manajemen perubahan ini merekomendasikan Pelita Air untuk menjaga momentum perubahan tersebut selama sekitar delapan tahun untuk memasukkan cita-cita atau nilai-nilai perubahan dalam diri karyawan saat ini dan masa depan agar perubahan tersebut tumbuh menjadi warisan berkelanjutan.
Pada hasil skor DICE framework menunjukkan nilai 13,33 yang total skornya terindikasi berada pada zona berhasil meskipun Pelita Air masih menghadapi beberapa resiko pada pelaksanaan perubahan. Terdapat tiga skor tertinggi yaitu faktor Komitmen Manajemen Senior (C1) dengan skor 3,72, faktor Integritas tim (I) dengan skor 3,44 dan faktor Usaha karyawan (E) dengan skor 2,23. Faktorfaktor tersebut menunjukkan bahwa implementasi penerbangan reguler di Pelita Air masih perlu adanya perbaikan untuk menurunkan total skor DICE di bawah 13 untuk mencapai hasil pelaksanaan perubahan yang lebih baik.
Rekomendasi berdasarkan evaluasi manajemen perubahan pada transformasi bisnis penerbangan reguler di Pelita Air dapat digunakan untuk menjaga agar pelaksanaan kegiatan rencana manajemen perubahan sejalan dengan strategi perusahaan sebagai tujuan strategis utama yang ingin dicapai oleh perusahaan.